LAPORAN
PRAKTIKUM
MEKANISASI
PERTANIAN

Oleh
:
Waris
11011013
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS
MERCU BUANA YOGYAKARTA
2013
LAPORAN
PRAKTIKUM
MEKANISASI
PERTANIAN
Disusun
oleh :
Waris
11011013
Laporan
tersebut telah diterima sebagai persyaratan
yang
diperlukan untuk menempuh praktikum
Mekanisasi
Pertanian
Yogyakarta,
14 Januari 2013
Mengetahui/Menyetujui
Dosen
Pengampu
Ir.
Bambang Sriwijaya, M.P.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan Karunia
nya lah sehingga kita masih diberikan nikmat berupa kesehatan dan kesempatan
khususnya kepada penulis pribadi, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum Mekanisasi Pertanian ini, Semoga apa yang diberikan dapat berguna
dalam menentukan penulis ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi nanti.
Di samping
itu juga, penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam penulisan laporan
praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan laporan – laporan
praktikum kedepannya.
Akhir kata,
penulis mohon maaf apabila ada kata – kata yang tak berkenang hati. Karena
seperti kata pepatah: ‘’ tak ada gading yang tak retak, tak ada mawar yang tak
berduri, dan tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan’’. Harapannya,
semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaaat bagi semua orang, terutama
penulis. Sekian dan terima kasih.
Yogyakarta, 14 Januari 2013
Penulis
LAPORAN
PRAKTIKUM
MEKANISASI
PERTANIAN

Oleh
:
Waris
11011013
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS
MERCU BUANA YOGYAKARTA
2013
LAPORAN
PRAKTIKUM
MEKANISASI
PERTANIAN
Disusun
oleh :
Waris
11011013
Laporan
tersebut telah diterima sebagai persyaratan
yang
diperlukan untuk menempuh praktikum
Mekanisasi
Pertanian
Yogyakarta,
14 Januari 2013
Mengetahui/Menyetujui
Dosen
Pengampu
Ir.
Bambang Sriwijaya, M.P.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan Karunia
nya lah sehingga kita masih diberikan nikmat berupa kesehatan dan kesempatan
khususnya kepada penulis pribadi, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum Mekanisasi Pertanian ini, Semoga apa yang diberikan dapat berguna
dalam menentukan penulis ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi nanti.
Di samping
itu juga, penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam penulisan laporan
praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan laporan – laporan
praktikum kedepannya.
Akhir kata,
penulis mohon maaf apabila ada kata – kata yang tak berkenang hati. Karena
seperti kata pepatah: ‘’ tak ada gading yang tak retak, tak ada mawar yang tak
berduri, dan tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan’’. Harapannya,
semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaaat bagi semua orang, terutama
penulis. Sekian dan terima kasih.
Yogyakarta, 14 Januari 2013
Penulis
LAPORAN
PRAKTIKUM
MEKANISASI
PERTANIAN

Oleh
:
Waris
11011013
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS
MERCU BUANA YOGYAKARTA
2013
LAPORAN
PRAKTIKUM
MEKANISASI
PERTANIAN
Disusun
oleh :
Waris
11011013
Laporan
tersebut telah diterima sebagai persyaratan
yang
diperlukan untuk menempuh praktikum
Mekanisasi
Pertanian
Yogyakarta,
14 Januari 2013
Mengetahui/Menyetujui
Dosen
Pengampu
Ir.
Bambang Sriwijaya, M.P.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan Karunia
nya lah sehingga kita masih diberikan nikmat berupa kesehatan dan kesempatan
khususnya kepada penulis pribadi, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum Mekanisasi Pertanian ini, Semoga apa yang diberikan dapat berguna
dalam menentukan penulis ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi nanti.
Di samping
itu juga, penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam penulisan laporan
praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan laporan – laporan
praktikum kedepannya.
Akhir kata,
penulis mohon maaf apabila ada kata – kata yang tak berkenang hati. Karena
seperti kata pepatah: ‘’ tak ada gading yang tak retak, tak ada mawar yang tak
berduri, dan tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan’’. Harapannya,
semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaaat bagi semua orang, terutama
penulis. Sekian dan terima kasih.
Yogyakarta, 14 Januari 2013
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman dengan
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki dampak yang luar biasa
terhadap kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk
berfikir akan selalu mengembangkan sesuatu hal agar menjadikan kehidupannya
menjadi lebih baik. Oleh karena itu, proses perubahan akan terus berjalan.
Penggunaan alat dan mesin pertanian
sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan
kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan
terbuat dari batu atau kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan
alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian
yang komplek. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor
secara langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno,
1999).
Sesuai dengan defenisi dari
mekanisasi pertanian (agriculture mechanization), maka penggunaan alat
mekanisasi pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses
produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses produksi tersebut
selalu memerlukan alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).
Setiap perubahan usaha tani melalui
mekanisasi didasari tujuan tertentu yang membuat perubahan tersebut bisa
dimengerti, logis, dan dapat diterima. Diharapkan perubahan suatu sistem akan
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah :
a. mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan
efisiensi tenaga manusia
b. mengurangi kerusakan produksi pertanian
c. menurunkan ongkos produksi
d. menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi
e. meningkatkan taraf hidup petani
f. memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe
pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial
farming)
Tujuan tersebut di atas dapat
dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar,
tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya tidak tepat hal sebaliknya yang akan
terjadi (Rizaldi, 2006).
Perubahan-perubahan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dilakukan pemerintah
sekarang berjalan dengan diarahkan pada semua sektor. Tidak terkecuali sektor
pertanian. Pertanian memiliki peranan yang sangat penting bagi kesejahteraan
rakyat. Berhasilnya sektor pertanian akan berdampak pada ketahanan pangan.
Ilmu mekanisasi Pertanian adalah
bagian dari industri pertanian hari ini yang penting karena produksi yang
efisien dan pengolahan bahan-bahan tergantung pada mekanisasi. Oleh karena itu,
mayoritas pekerja bekerja pada bidang keduanya baik di lahan maupun di
pemasaran hasil-hasil pertanian yang membutuhkan keahlian-keahlian yang
memungkinkan mereka untuk mengoperasikan, mempertahankan, dan memprebaiki mesin
dan peralatan. (Shin and Curtis, 1978).
Menurut Hardjosentono dkk (1996)
peranan mekanisasi pertanian dalam pembangunan pertanian di Indonesia adalah:
1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia
2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani
3. Menjamin kenaikan kuantitas dan kualitas serta
kapasitas produksi pertanian
4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani yaitu dari
tipe pertanian untuk kebutuhan keluarga(subsistence farming) menjadi
tipe pertanian perusahaan (commercial farming)
5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari
sifat agraris menjadi sifat industri.
Hasil-hasil pertanian guna memenuhi
kebutuhan pangan harus memiliki penanganan pasca panen yang baik. Penanganan
yang dilakukan diusahakan memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang
diizinkan. Penanganan yang tidak baik akan berdampak pada kualitas bahan yang
buruk, harga jual yang rendah, serta dapat menimbulkan kerugian bagi para
produsen hasil-hasil pertanian tersebut.
Untuk menghasilkan produk olahan
diperlukan ilmu, keahlian dan keterampilan tersendiri. Teknik dalam mengolahnya
juga berbeda beda. Beberapa teknik pengolahan pangan yang sering dilakukan
adalah menghilangkan lapisan luar yang tidak diinginkan (pencucian).
Banyak Petani di Indonesia tidak
melakukan pencucian terhadap hasil panen yang mereka dapatkan. Khususnya para
petani kakao, hasil yang mereka peroleh tidak di olah sama sekali, mereka
langsung menjual hasil panen berupa buah, padahal jika mereka mengelolah biji
kakao tersebut,yakni dengan mencuci, lalu menjualnya nilai jual nya jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan penjualan langsung, yakni berupa buah. Pencucian
dengan alat mekanis belum banyak dilakukan karena kurangnya pengetahuan dan
keterbatasan jumlah alat yang ada petani. Sehingga harga jual yang diperoleh
kurang menguntungkan, padahal apabila dilakukan akan meningkatkan pendapatan.
Untuk itu, masyarakat khususnya para
petani,memerlukan suatu alat pencuci biji kakao dalam penanganan hasil-hasil
pertanian selama pasca panen. Diharapkan meningkatkan pendapatan para petani
kakao .
Pada masa kini alat pencuci biji
kakao sudah banyak dirancang. Yakni alat yang menggunakan elektromotor dengan
kapasitas berbeda-beda. Alat pencuci biji kakao ini terdiri dari beberapa
bagian penting yaitu: electromotor, tabung pencuci, plat
aluminium. Biji kakao yang dimasukkan ke dalam tabung pencuci akan berputar
bersama berputar nya tabung pencuci biji kakao tersebut.( Anonimous, 2010).
Kelemahan alat ini adalah jika
digunakan langsung di tempat- tempat yang tidak terdapat sumber arus listrik
maka alat tidak dapat dioperasikan. Untuk itu perlu dirancang alat pencuci biji
kakao yang dapat bekerja dengan tenaga manual bila suatu daerah belum ada arus
listrik, perancangan alat penggerak secara manual yang dimaksud digunakan untuk
memutar alat pencuci biji kakao, sehingga dapat digunakan dimana saja, juga
alat ini dapat menghemat biaya operasional.
Peran
Mekanisasi Pertanian
Pengembangan alat dan mesin
pertanian yang juga pengembangan mekanisasi pertanian tidak dapat berdiri
sendiri, karena merupakan suatu sub sistem penunjang ( supporting system) dalam
proses budidaya, pengolahan dan penyimpanan. Sebagai teknologi yang bersifat indivisible
( tidak dapat terbagi), peran alat dan mesin pertanian tersebut sebaiknya
dapat didistribusikan pada banyak pemakai, atau petani kecil yang tidak
mempunyai cukup kemampuan untuk memilikinya. Berbagai studi menyebutkan, bahwa
alat dan mesin pertanian memiliki kaitan sangat erat dengan dinamika sosial
ekonomi dari sistem budidaya pertaniannya.
B. Tujuan
Praktikum ini
bertujuan agar kita dapat
Mengetahui jenis-jenis alat dan mesin pertanian
Dapat mengoperasikan alat dan mesin pertanian dengan baik dan benar
Dapat menghitung efektifitas penggunaan peralatan dan mesin pertanian
C. Manfaat
- Agar mahasiswa mengenal
jenis-jenis alat dan mesin pertanian,
Traktor roda dua maupun traktor roda empat
·
Agar
mahasiswa mampu mengoperasikan alat maupun mesin pertanian denan baik,aman dan
benar
·
Agar
mahasiswa dapat menghitung efektifitas penggunaan
peralatan dan mesin pertanian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Identifikasi Alat dan Mesin
·
Mengenal alat alat laboratorium adalah materi yang
harus dikuasai oleh seseorang yang bekerja di laboratorium. Mengenal alat alat
laboratorium menjadi mutlak karena setiap praktikum kita akan mengginakan alat
yang berbeda. Fungsi dari masing masing alat tersebut juga harus
diketahui ddengan baik oleh semua mahasisiwa, selain itu juga ada cara kerja
dari tiap tiap alat harus diketahui dengan baik.
Mekanisasi pertanian diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang.
Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap
bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan
yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang
digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air,
dan sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga
diartikan sebagi penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan
mengendalikan operasi di dalam produksi pertanian (Robbins,2005).
Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan
teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang mengartikan bahwa pada saat
ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca
panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi yang
didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi
elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi
robotik. Dan digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan, dan penanganan
atau pengolahan hasil pertanian (Mugniesyah, 2006).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas
tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi.
Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan
efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban
kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia menunjukkan bahwa
perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan penataan lahan (konsolidasi
lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi
kimia. Penerapan teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di
Srilangka yang disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara
langsung tanpa disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya.
Berbeda halnya dengan Jepang yang melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi
lokal, kemudian baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh petani mereka (
Hamilton dkk,1996).
B.
Kapasitas Kerja Lapang
Kapasitas
lapang teoritis sebuah alat ialah kecepatan penggarapan lahan yang akan
diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya memanfaatkan 100 %
waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100 % lebar kerja
teoritisnya.
Waktu per
hektar teoritis ialah waktu yang dibutuhkan pada kapasitas lapang
teoritis tersebut.
Waktu kerja
efektif ialah waktu sepanjang mana mesin secara aktual melakukan fungsi/kerjanya.
Waktu kerja efektif per hektar akan lebih besar dibanding waktu kerja teoritik
per hektar jika lebar kerja terpakai lebih kecil dari lebar kerja teoritisnya.
Kapasitas
lapang efektif ialah rerata kecepatan penggarapan yang aktual
menggunakan suatu mesin, didasarkan pada waktu lapang total sebagaimana
didefinisikan pada Bagian 2. Kapasitas lapang efektif biasanya dinyatakan dalam
hektar per jam.
Efisiensi
lapang ialah perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang
teoritis, dinyatakan dalam persen. Efisiensi lapang melibatkan pengaruh waktu
hilang di lapang dan ketakmampuan untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin.
Efisiensi
kinerja ialah suatu ukuran efektifitas fungsional suatu mesin, misalnya prosentase
perolehan produk bermanfaat dari penggunaan sebuah mesin pemanen.
2. Kapasitas Lapang Efektif
Kapasitas lapang efektifsuatu alat merupakan
fungsi dari lebar kerja teoritis mesin, prosentase lebarteoritis yang secara
aktual terpakai, kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama
pengerjaan. Dengan alat-alat semacam garu, penyiang lapang,pemotong rumput dan
pemanen padu, secara praktis tidak mungkin untukmemanfaatkan lebar teoritisnya
tanpa adanya tumpang tindih. Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama
merupakan fungsi dari kecepatan, kondisi tanah dan ketrampilan operator. Pada
beberapa keadaan, hasil suatu tanaman bisa jadi terlalu banyak sehingga pemanen
tidak dapat digunakan memanen selebar lebar kerjanya, bahkan pada kecepatan
maju minimum yang masih mungkin.
Untuk alat yang terdiri dari
satuan-satuan mata terpisah, semisal alat penanam atau penyiang tanaman larik,
pengicir bijian, lebar teoritisnya adalah hasil kali banyaknya satuan (misalnya
banyaknya larik, pembuka alur) dengan jarak antar satuan. Dengan kata lain,
lebar teoritisnya dianggap mencakup setengah jarak satuan pada kedua sisi
sebelah luar mata-mata paling ujung. Mesin-mesin tanaman larik memanfaatkan
100% lebar teoritisnya, sedangkan alat lapang terbuka yang memiliki mata
terpisah akan terkena kehilangan karena tumpang tindih.
Kecepatan maju terbesar yang
diijinkan berkaitan dengan faktor-faktor semacam sifat pengerjaan, kondisi
lapang, dan besarnya daya tersedia. Untuk alat pemanen, faktor pembatasnya
boleh jadi ialah kecepatan maksimum dapat ditanganinya bahan secara efektif
dengan mesin tersebut.
Waktu hilang merupakan variabel yang
paling sulit dinilai dalam hubungannya dengan kapasitas lapang.Waktu lapang
bisa hilang akibat penyetelan / pembetulan atau pelumasan alat,
kerusakan, penggumpalan, belok di ujung, penambahan benih atau pupuk,
pengosongan hasil panenan, menunggu alat pengangkut, dsb. Dalam kaitannya
dengan kapasitas lapang efektif dan efisiensi lapang, waktu hilang tidak
mencakup waktu pemasangan atau perawatan harian alat, ataupun waktu hilang
akibat kerusakan yang berat. Waktu hilang hanya mencakup waktu untuk perbaikan
kecil di lapang dan waktu untuk pelumasan yang dibutuhkan di luar perawatan
harian, di samping hal-hal lain seperti diuraikan di depan.
Waktu lapang
total dianggap sama dengan jumlah waktu kerja efektif ditambah waktu hilang.
Waktu yang dipakai untuk perjalanan
dari dan ke lapang biasanya tercakup dalam menggambarkan biaya overall dari
suatu pengerjaan, namun tak diperhitungkan ketika menentukan kapasitas lapang
efektif atau efisiensi lapang.
Kapasitas lapang efektif suatu mesin bisa dinyatakan
sbb :
Dengan
C = kapasitas lapang efektif, dalam hektar per jam
S = kecepatan jalan, dalam km/jam
W = lebar teoritis alat, dalam meter
Ef = efisiensi lapang, dalam persen.
Renoll mengusulkan pengiraan kapasitas lapang efektif
dalam satuan menit per hektar, yang merupakan besarnya waktu teoritis per
hektar ditambah waktu per hektar yang diperlukan untuk belok ditambah waktu
perhektar yang diperlukan untuk “fungsi-fungsi penunjang”. Renoll menggolongkan
seluruh waktu hilang selain belok ke dalam fungsi penunjang. Item-item ini
diukur dan diperkirakan secara individual lalu dijumlahkan.
3. Waktu Hilang Untuk Belok
Belok di ujung atau di sudut suatu
lapang menghasilkan suatu kehilangan waktu yang seringkali sangat berarti,
terutama pada lapang-lapang pendek. Tidak peduli apakah suatu lapang dikerjakan
pulang balik, dari tepi ke tengah ataukah digarap dengan mengelilingi titik
pusatnya, jumlah waktu belok per satuan luas untuk sebuah alat dengan lebar
tertentu akan berbanding terbalik dengan panjang lapang. Untuk suatu lapang persegi
tertentu digarap searah panjangnya ataukah memutarinya, jumlah putaran
perjalanan yang diperlukan akan sama pada ketiga cara di atas. Menggarap secara
pulang balik memerlukan 2 kali belokan 180o per putaran, sedang kedua cara
lainnya mencakup empat belokan 90o per putaran.
Waktu yang diperlukan untuk belok
pada pengerjaan bolak-balik, misalnya pada tanaman larik, juga dipengaruhi oleh
ketakteraturan bentuk lapang, besarnya ruang belok di head-land,
kekasaran daerah belok dan lebar alat. Renll dalam suatu pengkajian selama 8
tahun dengan peralatan 1, 2, dan 4 larik (jarak larik 102 cm) mendapatkan bahwa
waktu belok 12 – 18 detik per belokan bila daerah beloknya halus, namun akan
lebih besar 10 – 30 % bila daerah beloknya kasaar. Waktu per belokan akan naik
sebanyak 50 % jika daerah belok begitu sempit sehingga traktor harus diundurkan
ketika belok.
Waktu per belokan pada head-land
halus rata-rata hampir 5 % lebih besar pada pemanen atau penyiang 4 larik
dibanding 2 larik. Perbedaannya ialah 20 – 25 % pada head-land kasar.
Pada pengujian dengan alat yang lebih lebar, Barnes dkk mendapatkan bahwa waktu
per belokan rerata 40 – 5- % lebih besar untuk penyiang dan penanam 6 larik
dibanding 4 larik.
Renoll mengajukan penggunaan suatu
faktor yang disebut “indeks mesin lapang” guna menunjukkan seberapa cocok suatu
lapang tertentu terhadap pengerjaan tanaman larik. Renoll mendefinisikan indeks
ini sebagai perbandingan prosentase dari waktu kerja efektif dibagi waktu kerja
efektif + waktu belok. Harga-harga indeks terbanding untuk lapang-lapang yang
berbeda ditentukan oleh pengkajian waktu aktual dengan mesin-mesin yang sama.
Pengujian oleh Rnoll menunjukkan bahwa indeks mesin lapanng untuk suatu lapang
tertentu cenderung konstan pada beragam pengerjaan tanaman larik.
Perjalanan tak kerja melintasi
ujung-ujung suatu lapang menghasilkan kehilangan lainnya yang sering tak
terhindarkan dan khususnya penting jika tanah yang luas dibagi-bagi ke dalam
lapang-lapang yang pendek. Jika w adalah lebar total masing-masing tanah (yaitu
lebar luasan yang digarap sebagai sebuah satuan), rerata jarak teoritis
melintas tiap ujung ialah « w. Jika panjang lapang ialah L, rerata perjalanan
total per putaran adalah 2 L + w, dan prosentase jarak perjalanan tak kerja
adalah
Dengan membagi pembilang dan penyebut dengan w,
diperoleh
Dalam prakteknya, perjalanan
maksimum melintasi ujung suatu lapang akan sedikit lebih besar dibanding w, dan
perjalanan minimum bila lapang dipersempit akan dibatasi oleh jejari belok
mesin atau traktor. Karena itu dalam menghitung I sebaiknya diambil nilai
w yang sedikit lebih besar dibanding lebar lapang.
4. Waktu Hilang Yang Sebanding
dengan Luas
Beberapa waktu hilang, semacam
karena istirahat dan penyetelan atau pemeriksaan alat, biasanya cenderung
sebanding dengan waktu kerja efektif (atau dengan waktu lapang total) jika
kecepatan kerja atau lebar alat ditambah. Perjalanan tak kerja melintasi ujung
lapang cenderung sebanding dengan waktu kerja efektif jika kecepatan kerja
normal dipertahankan saat melintasi ujung.
Kehilangan waktu yang lain, semacam
yang disebabkan oleh halangan, penggumpalan, penambahan pupuk atau benih, dan
pengisian tabung semprotan, seringkali cenderung lebih sebanding dengan luas
daripada dengan waktu kerja. Waktu per hektar untuk belok pulang-balik pada
pengerjaan tanaman larik cenderung tetap konstan (atau turun cuma sedikit) jika
kecepatan kerja dinaikkan, karena kecepatan biasanya dikurangi saat belok,
kecuali jika kecepatan kerja normalnya memang telah rendah. Waktu hilang yang disebabkan
pengosongan hasil panen cenderung sebanding dengan jumlah hasil di samping
sebanding dengan luasnya.
Waktu hilang yang cenderung
sebanding dengan luas menjadi makin penting bila lebar atau kecepatan alat
dinaikkan, karena waktu hilang tersebut akan terhitung dengan prosentase yang
lebih besar dengan berkurangnya total waktu per hektar. Dengan demikian,
mengganti penanam 4 larik dengan 6 larik pada kecepatan maju yang sama dapat
menaikkan keluaran cuma 30 % bukannya 50 %.
Pentingnya secara relatif dari waktu
berhenti yang sebanding dengan luas bisa ditentukan dari persamaan berikut,
yang didasarkan pada definisi efisiensi lapang.
dengan
To = Waktu teoritik per hektar
Te = Waktu kerja efektif = To x 100/K
K = Persentase lebar alat yang dimanfaatkan secara
actual
Th = Waktu hilang per hektar kerana penghentian yang
tak sebanding dengan luas, setidaknya sebagian dari Th biasanya cenderung
sebanding dengan Te
Ta = Waktu hilang per hektar karena penghentian yang
cenderung sebanding dengan luas.
Dalam praktek aktual, hubungan
antara banyak tipe waktu hilang dan waktu kerja efektif atau luas berada di
suatu titik antara harga-harga ekstrim yang dihasilkan oleh Th dan Ta.
Sebagaimana ditunjukkan dalam pasal 3, waktu per belokan untuk penanaman atau
penyiangan tanaman larik naik sedikit jika lebar alat ditambah, sehingga waktu
belok pada alat yang lebih lebar mempunyai prosentase yang lebih besar terhadap
waktu total namun merupakan jumlah terkecil per hektarnya.
Mengisi wadah benih, jika hanya
memerlukan sejumlah kecil benih per hektar, boleh jadi memerlukan waktu per
hektar yang lebih kecil pada penanam lebar dibanding penenem yang lebih kecil
karena waktu yang dibutuhkan untuk turun dari traktor, berjalan menju wadah,
dan kembali kira-kira hampir sama pada kedua ukuran itu, dan akan merupakan
sebuah persoalan yang signifikan dari waktu total dalam penambahan benih.
5. Waktu Hilang Berkenaan dengan
Kehandalan Mesin
Peluang kerusakan alat, yang akan
berakibat hilangnya waktu di lapang, adalah berbanding terbalik dengan
kehandalan mesin. Kehandalan keberhasilan dapat didefinisikan sebagai peluang
statistik berfungsinya suatu alat secara memuaskan pada kondisi tertentu
sepanjang periode waktu tertentu. Sebagai contoh, jika sebuah alat memiliki
kehandalan keberhasilan 1000 jam sebesar 90 %, rerata 10 % dari alat tersebut
akan rusak sebelum 1000 jam dan 90 %-nya akan berumur pakai lebih dari 1000
jam. Cara lain untuk menyatakan kehandalan keberhasilan ialah dengan
menyatakannya sebagai rerata selang waktu antara terjadinya
kerusakan-kerusakan.
Kehandalan suatu gabungan suku atau gabungan mesin
ialah hasil kali faktor-faktor kehandalan individual. Persen kehandalan harapan
pada sebuah gabungan dari n bagian ialah
Dengan
x1, x2, x3, ….. xn
= kehandalan harapan alat individual dalam persen.
Hendaknya diperhatikan bahwa
kehandalan yang ditunjukkan dengan persamaan di atas hanyalah harga harapan
statistik. Kehandalan satuan individual suatu tipe tertentuberagam secara lebar
dari harga harapannya. kehandalan harapan dan faktor keragaman bisa ditentukan
secara statistik dario pengamatan terhadap sekelompok satuan individual.
Sebuah mesin komplek, semacam
pemanen padu, memiliki peluang kerusakan yang jauh lebih besar dibanding sebuah
mein sederhana, bahkan meskipun kehandalan keberhasilan seluruh suku
individualnya mungkin saja tinggi. Sebagai contoh, sebuah mesin dengan hanya 10
bagian, masing-masing memiliki kehandalan keberhasilan 97 % untuk suatu periode
waktu tertentu, akan memiliki kehandalan menyeluruh hanya sebesar 74 %.
Sekalipun rancangan merupakan faktor utama kehandalan keberhasilan, tata cara
pembuatan dan cara perawatan dan pemakaian mesin pun penting. Rancangan optimum
merupakan suatu hasil yang menyetimbangkan biaya guna mendapatkan kehandalan
yang tinggi dengan manfaat meminimumkan frekwensi terjadinya kerusakan.
Suatu survey terhadap lebih dari 1
500 petani di Indiana dan Illionis menunjukkan bahwa kehandalan keberhasilan
tidak terlalu dipengaruhi oleh umur, baik pada mesin komplek maupun sederhana.
Pada survey tersebut, kehandalan didasarkan pada kerusakan yang acak, tak
teramalkan, serta tidak menertakan pengaruh keausan normal. Rerata terdapat 60
– 80 % peluang terjadinya satu atau lebih kerusakan per tahun, diawali dari
tahun pertama umur mesin. Pada mesin yang mengalami kerusakan, rerata hilangnya
waktu lapang per tahun biasanya lebih dari 8 jam untuk pemanen padu, 3 – 6 jam
untuk pemetik jagung, 1 – 4 jam untuk bajak, serta kurang dari 2 jam untuk
penanam dan penyiang tanamn larik. Waktu hilang yang besar pada kerusakan alat
pemanen yang komplek mungkin menghasilkan kerugian ekonomis yang serius
dikarenakan ketaktepatan waktu.
Kehandalan pemakaian waktu pada
mesin individual menjadi makin penting jika beberapa mesin atau beberapa bagian
mesin digunakan secara gabungan. Untuk sebuah alat individual, waktu hilang
sebesar 5 atau 10 % karena kerusakan, penyetelan, pembetulan,
penyumbatan/penggumpalan, atau berhenmti yang lain berkaitan dengan mesin,
umumnya tidak dianggap serius. Namun jika 4 satuan semacam itu, masing-masing
dengan kehandalan pemakaian waktu 98 %, digunakan secara beriritan, kehandalan
pemakaian waktuharapan menyeluruh gabungan tersebut akan terkurangi sampai
menjadi tinggal 66 %. Kehandalan pemakaian waktu, sebagaimana dibahas pada
pasal ini, didasarkan pada waktu kerja efektif dan waktu hilang dari
pemberhentian yang dibutuhkan pada masing-masing mesin individual dalam
gabungan tersebut. Waktu hilang karena belok, istirahat, pengisian wadah benih
atau pupuk, dan sebagainya, kira-kira akan tetap sama tak peduli berapa jumlah
mesinnya, namun harus dimasukkan dalam penghitungan efisiensi lapang gabungan
tersebut.
Dikarenakan adanya pengurangan
kehandalan pada mesin gabungan, pemeliharaan preventif menjadi relatif lebih
penting dibanding jika hanya dipakai mesin tunggal. Semua mesin dalam suatu
gabungan hendaklah dapat dipakai sepanjang waktu yang sama. Antara perawatan
dan kapasitas berbagai satuannya hendaklah dapat disesuaikan dengan baik.
6. Menghitung Waktu Hilang dan
Efisiensi Lapang
Pengkajian waktu hilang telah
dilakukan oleh sejumlah penyelidik untuk menentukan efisiensi lapang dan
memberi informasi untuk keperluan analisa lapang. Pengkajian waktu terinci
meliputi pengamatan dan pencatatan waktu secara menerus pada tiap kegiatan yang
tercakup dalam pengerjaan lapang, untuk satu atau lebih perioda hari. Jika K =
100 %, efisiensi lapang ialah persentase total waktu lapang sepanjang mana
mesin secara aktual menghasilkan fungsinya, dan dapat ditentukan secara
langsung dari data waktu.
7. Memperbaiki Efisiensi Lapang
Dengan bertambah komplek dan
bertambah mahalnya mesin, makin pentinglah untuk mendapatkan keluaran maksimum
dari mesin tersebut. Meminimumkan waktu hilang di lapang merupakan salah satu
cara guna memperbaiki kapasitas lapang. Para insinyur dapat menyumbang usaha
mendapatkan efisiensi yang tinggi dengan merancang mesin yang memiliki kehandalan
maksimum dan kebutuhan perawatan minimum.
Pengkajian waktu sering menunjukkan
daerah perbaikan potensial dalam pengelolaan mesin. Jumlah waktu belok yang
berlebihan dapat menunjukkan kebutuhan untuk memperbaiki kondisi atau lebar head-land
aatu mengganti pola belok. Waktu berhenti yang berlebihan dapat berarti
dibutuhkannya sistem perawatan preventif yang lebih baik.
Pengembangan alat dan sistem
penanganan bahan di lapang yang lebih efisien menawarkan adanya potensi besar
untuk meningkatkan efisiensi lapang. Benih, pupuk, herbisida, insektisida, dan
bahan-bahan lain harus diangkut menuju lapang dan dimuat ke atas mesin. Hasil
panen harus dibongkar dan diturunkan di tempat penyimpanan. Pada pengerjaan
penanaman-pemupukan, penanganan bahan dalam karung di lapang dapat dengan mudah
menyita 25 % dari total waktu lapang. Penanganan pupuk kering secara curah,
atau pemakaian pupuk cair dan pompa pemindah dapat secara nyata mengurangi
waktu penanganan bahan dan dengan demikian akan menaikkan efisiensi lapang. Renoll
mendapatkan bahwa penggantian cara penanganan air pada pemberian bahan kimia
pra tuna pada pengerjaan penanam tertentu menaikkan kapasitas penanam dari 1,4
ha/jam menjadi 1,6 ha/jam.
C. Membajak
Bajak (juga dikenali
dengan istilah Luku dan Tenggala) merupakan sebuah alat di bidang
pertanian
yang digunakan untuk menggemburkan tanah sebelum melakukan penanaman dan penaburan benih, juga merupakan
salah satu alat paling sederhana dan berguna dalam sejarah.
Pada awal masa pertanian mulai berkembang, manusia
hanya menggunakan sekop. Adalah mudah bagi
penduduk yang tinggal di daerah yang sangat subur seperti di tepi sungai Nil,
di mana banjir tahunan selalu memperbaharui tanah di daerah tersebut. Tetapi,
untuk secara teratur bercocok-tanam di daerah
yang kurang subur, tanah harus digemburkan terlebih dahulu agar setelahnya
dapat membuat alur untuk menabur benih.
Tujuan utama dari membajak adalah untuk membawa tanah bagian dalam yang subur ke permukaan. Bajak biasanya
ditarik oleh seekor sapi.
Walau demikian, di beberapa daerah, bajak ditarik oleh kuda. Sedangkan, di
negara-negara maju,
dipergunakan tenaga uap.
Sejak dua dekade
terakhir, penggunaan bajak di beberapa daerah telah banyak berkurang karena
dapat menyebabkan kerusakan pada tanah dan erosi.[rujukan?]
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
IDENTIFIKASI
PERALATAN PERTANIAN
A.
Traktor
Sebagai Sumber Daya di Bidang Pertanian
1. Pengamatan Spesifikasi Traktor Besar
Nama :
Traktor Besar
Merk :
Quick
Model : “F”
(Transmission Fluid)
Negara Pembuat : Amerika
Motor
Penggerak
Nama :
Diesel
Merk :
Tri-Tractor
Model : D8/8
HP/RPM :
-
Jumlah Silinder :
1
Volume Silinder :
-
Perbandingan Kompresi : -
Urutan Penyalaan :
-
Sistem Pendinginan :
-
Sistem Pelumasan :
Oli
Sistem Transmisi :
Roda gigi
Kopling : Otomatis
PTO : -
Perneling : Manual
Ukuran Traktor
Panjang/lebar/tinggi (cm) :
305 cm / 120 cm / 120 cm
Berat (kg) :
-
Jarak poros roda (mm) :
185 cm
Jarak antar roda (mm) : -
Depan : 125 cm
Belakang : 75 cm
Renggang dengan tanah (mm) : 46 cm
Ukuran roda : Depan :
45 cm
Ukuran roda : Depan :
Belakang :
91 cm
Kapasitas tangki (l) :
5 Liter
Bahan bakar :
Solar
Pelumas: Mesin :
Oli
Transmisi :
Oli
Saringan Udara : Oli
Gambar Traktor dan Bagian-bagiannya
Gmbr1.
Keterangan :
1.Perseneling
2. Kopling
3. Saringan udara
4. Tangki Solar
5. Roda belakang
6. Roda depan
7. Setor
2. Pengamatan
Spesifikasi Hand Traktor
Nama :
Hand Traktor
Merk :
Quick G-3000
Model/tipe :
Steming Clutch
Negara Pembuat/Tahun :
Jepang rakitan Indonesia
Motor
Penggerek
Nama :
Diesel
Merk :
Kubota direct injection diesel
Model/Tipe :
Direct Injection
HP/RPM :
2200
Jumlah Silinder :
1
Volume Silinder (cc) :
487
Perbandingan kompresi : :
Urutan penyalaan :
Sistem pendinginan :
Liquid cold
Sistem pelumasan :
Oli
Sistem transmisi :
V-Belt
Kopling :
Manual
PTO :
-
Persneling :
-
Ukuran
Traktor
Panjang/lebar/tinggi (cm) : 275/115/100
Berat (kg) :
Jarak poros roda (mm) :
100 mm
Jarak antar roda (mm) :
590 mm
Depan :
-
Belakang :
-
Renggang dengan tanah (mm) : 400
Ukuran roda
: Depan :
-
Belakang :
-
Kapasitas tangki (l) :
2 Liter
Bahan bakar :
Solar
Pelumas: Mesin :
Oli
Transmisi :
V-Belt
Saringan udara :
-
Gambar traktor dan bagian-bagiannya
Gmbr 2
Keterangan :
1.
Roda 11.
Mesin
2.
Tangki 12.
Tutup tangki
3.
Radiator 13. Standar
4.
Knalpot 14.
Gagang/Kerangka
5.
Starter
6.
Persneling
7.
Kopling
8.
Handle
9.
Gas
10. Draw bar
B. Alat dan Mesin Pengolah Tanah
1.
Pengamatan Spesifikasi Bajak Singkal ( Molboard Plow)
Nama :
Bajak Singkal
Merk :
-
Model :
-
Negara pembuat :
Indonesia
Cara penggandengan :
Maunted
Ukuran,
Panjang/lebar/tinggi :
60 cm/ 37 cm/ 76 cm
Renggang bawah :
44 cm
Renggang samping :
4,2 cm
Berat (kg) :
37 Kg
Perlengkapan
bajak
Singkal bajak (coulter) : ada / tidak
Jointer :
ada / tidak
Roda alur (furrow wheel) : ada / tidak
Roda dukung (land wheel) : ada / tidak
Gambar Alat dan bagian-bagiannya
Gmbr
3
Keterangan :
1.
Draw bar
(pengait)
2.
Singkal Bajak
3.
Krangka
4.
Pengatur
kedalaman
5.
Mata bajak
3. Pengamatan
Spesifikasi Bajak Piringan (Disk Plow)
Nama : Bajak
piringan
Merk : Quick
Tractor
Model :-
Negara pembuat : Indonesia
Cara
penggandengan :
Ukuran,
Panjang/lebar/tinggi
(cm) : 85 cm / 43 cm / 60 cm
Renggang bawah : 23 cm
Renggang samping : 7 cm
Berat (kg) :
Perlengkapan bajak,
Singkal bajak (coulter) :
ada / tidak
Jointer : ada
/ tidak
Roda alur (furrow wheel) : ada / tidak
Roda dukung(land wheel) : ada / tidak
Gambar Alat dan
Bagian-bagiannya
Gmbr.4
Keterangan :
1. Piringan
2. Roda alur
3. Draw bar
4. Pengatur kedalaman
5. Pengatur roda
6.
Kerangka
3.Pengamatan Spesifikasi Garu Piringan (Disk Herrow)
Nama :
Tri Tactor
Merk :
Jult-Bilt
Model :
‘F’ Transmission Fluid/0602022450
Negara pembuat :
Amerika
Jumlah rangkaian :
3 Gang
Jumlah piringan :
8 rangkaian
Jenis piringan :
Lingkaran bergerigi pada tepi
Diameter piringan (cm) :
40 cm
Lebar kerja garu :
125,6 cm
Cara pengandengan :
Garu piringan disambungkan dan dipasang dimesin mini traktor
Ukuran,
Panjang/lebar/tinggi (cm) : 124 / 43 / 55
Berat (kg) :
Perlengkapan garu,
Roda alur (furrow
wheel) : ada / tidak
Roda dukung :
ada /tidak
Gmbr.5
Keterangan :
1.
Pengait (Draw
Bar)
2.
Roda Garu
3.
Kerangka /
dudukan piring
4.
Mata garu
piringan
5.
Roda galur
C.
Alat dan Mesin Pemeliharaan Tanaman
Nama :
Knapsack Sprayer
Merk :
SWAN
Model :
SWA, No. 152877
Negara Pembuat :
Indonesia
Jenis :
Menyebar berbentuk V
Volume tangki :
14/16
Tekanan kerja (kg/cm2) :
10 Kg/cm
Ukuran,
Panjang/lebar/tinggi (cm) : 60
cm /
21 cm / 32 cm
Berat (kg) :
5 Kg
Gambar Alat dan bagian-bagiannya
Gmbr 6
Keterangan :
1. Tangki
2. Pengukur Tekanan kerja
3. Lubang tempat memasukan cairan
4. Pemompa tank
5. Tali punggung
6. Kran knapsack
7. Kran pengatur cairan
8. Selang
9. Pipa nosel
10. Nosel
B.
Perhitungan Kapasitas Kerja Lapang
1. Waktu hilang oleh overlap
W1 =
30 cm
W2= I. 36 cm I.36 cm
II. 76
cm II.40 cm
III. 89
cm III. 13 cm
Rata-rata W2
=29,7cm
% waktu overlap (Li) =
x 100 %
=
x 100 % = 1 %
2. Waktu hilang karena slep
D = 77 cm
N = 10
L = I. 1650
cm
II. 1660 cm
III. 1680 cm
Rata-rata L = 1663 cm
% Waktu slep (L2) =
x 100 % =
x 100 %
=
x 100%
= 31,28 %
3.Waktu hilang untuk membelok
T = 12menit 42 detik = 762 detik
T1= 12 detik
% Waktu belok (L3) =
x 100 %
=
x 100 % = 1, 57 %
4.Waktu yang hilang karena macet
T = 762 detik
T2= 9 detik
% Waktu macet (L4) =
x100%
=
x 100 % = 1,18%
L1= 1 % = 0,01
L2= 31,28 % = 0,3128
L3= 1,57 % = 0,0157
L4 = 1,18 % = 0,0118
Efisiensi kerja = (1-L1)(1-L3)(1-L3-L4)
x 100 %
= (1-0,01)(1-0,3128)(1-0,0157-0,118) x 100 %
= (0,99)(0,6872)(0,9725) x 100 %
= 66,16 %
B. Pembahasan
Pada
kegiatan praktikum acara kelima kali ini yaitu tentang latihanpengolahan tanah
serta pengukuran kapasitas dan efisiensi kerja lapangan,mahasiswa dilibatkan
lebih jauh mengenai latihan pengolahan tanah, denganmenggunakan alat dan mesin
pengolahan tanah secara mekanis, yaitumenggunakan traktor mini, serta melakukan
pengukuran kapasitas dan effisiensikerja lapang dari penggunaan alat (traktor)
tersebut. Praktikum ini memilikitujuan untuk mempelajari kinerja (performance)
alat mesin pengolah tanah secaramekanis ditinjau dari
aspek teknik kerekayasaan, teknik operasional dan aspek ekonominya.
Praktikum ini merupakan acara lanjutan dari acara latihanpengendalian traktor,
hanya saja pada acara praktikum kali ini, traktor tidak dikendalikan oleh
praktikan, melainkan oleh operator yang sudah ahli.Mahasiswa hanya bertugas
untuk menganalisa kapasitas dan effisiensi kerjalapang daripada pemanfaatan
traktor mini tersebut untuk kegiatan pengolahantanah. Yaitu dengan mencatat
putaran roda, lebar kerja, kedalaman pembajakan.
Pada praktikum ini kami menggunakan Traktor dengan
nama Hand Traktor merek Quick G-3000 dengan ukuran panjang 275 cm , lebar 115
cm dan tinggi 100 cm dengan bahan bakar menggunakan solar. Pelumas mesin
menggunakan oli sebagai pendinginnya dan transmisi jenis V-Belt.
Penggunaan Hand traktor ini memperoleh waktu hilang
karena overlap sebanyak 1 % , Waktu hilang karen slep sebanyak 31,28 % , Waktu
hilang untuk membelok 1,57 %, Waktu hilang karena macet sebanyak 1,18 %. Jadi
efisiensi kerja di dapatkan 66,16 % dari keseluruhan kerja.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
1.Penggunaan
alat dan mesin pertanian akan berjalan dengan baik apabila dapat memenuhi
persyaratan teknik kerekayasaan dan teknik operasionalnya.
2.Waktu yang
hilang dalam pengolahan tanah bias disebabkan karenakerugian karena terjadinya
tumpang tindih hasil pengolahan, kerugiankarena slip roda, kerugian karena
belok, dan kerugian waktu untuk pengaturan, mengatasi kemacetan dan
kerusakan kecil.
3.Hasil
perhitungan yang diperoleh pada hand traktor :
1) L1= 1 % = 0,01 ( Waktu hilang oleh
overlap)
2)L2= 31,28 % = 0,3128 (Waktu hilang karena
slep)
3)L3= 1,57 % = 0,0157 (Waktu hilang karena
membelok)
4)L4 = 1,18 % = 0,0118 (Waktu hilang karena
macet)
5) Efisiensi kerja = 66,16%
B. Saran
Pada
praktikum kali ini menurut praktikan sudah cukup baik. Tetapi sebaiknya sebelum melakukan praktikan asisten
mencari lahan yang akan dibajak sehingga tidak mencari lagi saat
praktikum sudah dimulai. Tapi untuk keseluruhan praktikum acara kali ini,
praktikum berjalan cukup lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
1983. Mekanisasi Pertanian Badan
Pendidikan Latihan danPenyuluhan Pertanian. Jakarta.
Ciptohadijoyo,
Sunarto. 2003.Handout Mesin Produksi
Pertanian .JurusanTeknik Pertanian. FTP. UGM. Yogyakarta.
Daywin, F.J.
Godfried Sitompul, Lapu Katu, Moeljarno Djoyomartono danSiswandi Soeparjo.
1978.Motor Bakar dan Traktor Pertanian
Departemen Mekanisasi Pertanian. FATEMETA IPB. Bogor.
Fahmi, A.
1994.Unjuk Kerja Mesin Pertanian Diakses tanggal: 15 Januari2013. URL : http://www.pustaka-deptan.go.id.pdf//
Hardjosentono. 1996.
Mesin-mesin
Pertanian. Cetakan Kedua. Bumi Aksara.Jakarta.
Irwanto,
Kohar A. 1980. Alat dan Mesin
Budidaya Pertanian FakultasMekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian.
ITB. Bandung.
Pratomo, M.,
dkk. 1983. Alat dan Mesin
Pertanian. Departemen Pendidikan danKebudayaan. Jakarta.
Purwadi,
Tri. 1990.Mesin dan Peralatan Usaha
Tani.Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.
Rustam,
Fadli. 2003. Mekanisasi Pertanian.
Diakses tanggal : 15 Januari 2013URL:http: // www.dipertahorsumbar.web.id/Buku/MekanisasiPertanian.pdf
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman dengan
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki dampak yang luar biasa
terhadap kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk
berfikir akan selalu mengembangkan sesuatu hal agar menjadikan kehidupannya
menjadi lebih baik. Oleh karena itu, proses perubahan akan terus berjalan.
Penggunaan alat dan mesin pertanian
sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan
kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan
terbuat dari batu atau kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan
alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian
yang komplek. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor
secara langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno,
1999).
Sesuai dengan defenisi dari
mekanisasi pertanian (agriculture mechanization), maka penggunaan alat
mekanisasi pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses
produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses produksi tersebut
selalu memerlukan alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).
Setiap perubahan usaha tani melalui
mekanisasi didasari tujuan tertentu yang membuat perubahan tersebut bisa
dimengerti, logis, dan dapat diterima. Diharapkan perubahan suatu sistem akan
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah :
a. mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan
efisiensi tenaga manusia
b. mengurangi kerusakan produksi pertanian
c. menurunkan ongkos produksi
d. menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi
e. meningkatkan taraf hidup petani
f. memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe
pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial
farming)
Tujuan tersebut di atas dapat
dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar,
tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya tidak tepat hal sebaliknya yang akan
terjadi (Rizaldi, 2006).
Perubahan-perubahan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dilakukan pemerintah
sekarang berjalan dengan diarahkan pada semua sektor. Tidak terkecuali sektor
pertanian. Pertanian memiliki peranan yang sangat penting bagi kesejahteraan
rakyat. Berhasilnya sektor pertanian akan berdampak pada ketahanan pangan.
Ilmu mekanisasi Pertanian adalah
bagian dari industri pertanian hari ini yang penting karena produksi yang
efisien dan pengolahan bahan-bahan tergantung pada mekanisasi. Oleh karena itu,
mayoritas pekerja bekerja pada bidang keduanya baik di lahan maupun di
pemasaran hasil-hasil pertanian yang membutuhkan keahlian-keahlian yang
memungkinkan mereka untuk mengoperasikan, mempertahankan, dan memprebaiki mesin
dan peralatan. (Shin and Curtis, 1978).
Menurut Hardjosentono dkk (1996)
peranan mekanisasi pertanian dalam pembangunan pertanian di Indonesia adalah:
1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia
2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani
3. Menjamin kenaikan kuantitas dan kualitas serta
kapasitas produksi pertanian
4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani yaitu dari
tipe pertanian untuk kebutuhan keluarga(subsistence farming) menjadi
tipe pertanian perusahaan (commercial farming)
5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari
sifat agraris menjadi sifat industri.
Hasil-hasil pertanian guna memenuhi
kebutuhan pangan harus memiliki penanganan pasca panen yang baik. Penanganan
yang dilakukan diusahakan memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang
diizinkan. Penanganan yang tidak baik akan berdampak pada kualitas bahan yang
buruk, harga jual yang rendah, serta dapat menimbulkan kerugian bagi para
produsen hasil-hasil pertanian tersebut.
Untuk menghasilkan produk olahan
diperlukan ilmu, keahlian dan keterampilan tersendiri. Teknik dalam mengolahnya
juga berbeda beda. Beberapa teknik pengolahan pangan yang sering dilakukan
adalah menghilangkan lapisan luar yang tidak diinginkan (pencucian).
Banyak Petani di Indonesia tidak
melakukan pencucian terhadap hasil panen yang mereka dapatkan. Khususnya para
petani kakao, hasil yang mereka peroleh tidak di olah sama sekali, mereka
langsung menjual hasil panen berupa buah, padahal jika mereka mengelolah biji
kakao tersebut,yakni dengan mencuci, lalu menjualnya nilai jual nya jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan penjualan langsung, yakni berupa buah. Pencucian
dengan alat mekanis belum banyak dilakukan karena kurangnya pengetahuan dan
keterbatasan jumlah alat yang ada petani. Sehingga harga jual yang diperoleh
kurang menguntungkan, padahal apabila dilakukan akan meningkatkan pendapatan.
Untuk itu, masyarakat khususnya para
petani,memerlukan suatu alat pencuci biji kakao dalam penanganan hasil-hasil
pertanian selama pasca panen. Diharapkan meningkatkan pendapatan para petani
kakao .
Pada masa kini alat pencuci biji
kakao sudah banyak dirancang. Yakni alat yang menggunakan elektromotor dengan
kapasitas berbeda-beda. Alat pencuci biji kakao ini terdiri dari beberapa
bagian penting yaitu: electromotor, tabung pencuci, plat
aluminium. Biji kakao yang dimasukkan ke dalam tabung pencuci akan berputar
bersama berputar nya tabung pencuci biji kakao tersebut.( Anonimous, 2010).
Kelemahan alat ini adalah jika
digunakan langsung di tempat- tempat yang tidak terdapat sumber arus listrik
maka alat tidak dapat dioperasikan. Untuk itu perlu dirancang alat pencuci biji
kakao yang dapat bekerja dengan tenaga manual bila suatu daerah belum ada arus
listrik, perancangan alat penggerak secara manual yang dimaksud digunakan untuk
memutar alat pencuci biji kakao, sehingga dapat digunakan dimana saja, juga
alat ini dapat menghemat biaya operasional.
Peran
Mekanisasi Pertanian
Pengembangan alat dan mesin
pertanian yang juga pengembangan mekanisasi pertanian tidak dapat berdiri
sendiri, karena merupakan suatu sub sistem penunjang ( supporting system) dalam
proses budidaya, pengolahan dan penyimpanan. Sebagai teknologi yang bersifat indivisible
( tidak dapat terbagi), peran alat dan mesin pertanian tersebut sebaiknya
dapat didistribusikan pada banyak pemakai, atau petani kecil yang tidak
mempunyai cukup kemampuan untuk memilikinya. Berbagai studi menyebutkan, bahwa
alat dan mesin pertanian memiliki kaitan sangat erat dengan dinamika sosial
ekonomi dari sistem budidaya pertaniannya.
B. Tujuan
Praktikum ini
bertujuan agar kita dapat
Mengetahui jenis-jenis alat dan mesin pertanian
Dapat mengoperasikan alat dan mesin pertanian dengan baik dan benar
Dapat menghitung efektifitas penggunaan peralatan dan mesin pertanian
C. Manfaat
- Agar mahasiswa mengenal
jenis-jenis alat dan mesin pertanian,
Traktor roda dua maupun traktor roda empat
·
Agar
mahasiswa mampu mengoperasikan alat maupun mesin pertanian denan baik,aman dan
benar
·
Agar
mahasiswa dapat menghitung efektifitas penggunaan
peralatan dan mesin pertanian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Identifikasi Alat dan Mesin
·
Mengenal alat alat laboratorium adalah materi yang
harus dikuasai oleh seseorang yang bekerja di laboratorium. Mengenal alat alat
laboratorium menjadi mutlak karena setiap praktikum kita akan mengginakan alat
yang berbeda. Fungsi dari masing masing alat tersebut juga harus
diketahui ddengan baik oleh semua mahasisiwa, selain itu juga ada cara kerja
dari tiap tiap alat harus diketahui dengan baik.
Mekanisasi pertanian diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang.
Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap
bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan
yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang
digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air,
dan sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga
diartikan sebagi penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan
mengendalikan operasi di dalam produksi pertanian (Robbins,2005).
Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan
teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang mengartikan bahwa pada saat
ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca
panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi yang
didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi
elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi
robotik. Dan digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan, dan penanganan
atau pengolahan hasil pertanian (Mugniesyah, 2006).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas
tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi.
Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan
efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban
kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia menunjukkan bahwa
perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan penataan lahan (konsolidasi
lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi
kimia. Penerapan teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di
Srilangka yang disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara
langsung tanpa disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya.
Berbeda halnya dengan Jepang yang melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi
lokal, kemudian baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh petani mereka (
Hamilton dkk,1996).
B.
Kapasitas Kerja Lapang
Kapasitas
lapang teoritis sebuah alat ialah kecepatan penggarapan lahan yang akan
diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya memanfaatkan 100 %
waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100 % lebar kerja
teoritisnya.
Waktu per
hektar teoritis ialah waktu yang dibutuhkan pada kapasitas lapang
teoritis tersebut.
Waktu kerja
efektif ialah waktu sepanjang mana mesin secara aktual melakukan fungsi/kerjanya.
Waktu kerja efektif per hektar akan lebih besar dibanding waktu kerja teoritik
per hektar jika lebar kerja terpakai lebih kecil dari lebar kerja teoritisnya.
Kapasitas
lapang efektif ialah rerata kecepatan penggarapan yang aktual
menggunakan suatu mesin, didasarkan pada waktu lapang total sebagaimana
didefinisikan pada Bagian 2. Kapasitas lapang efektif biasanya dinyatakan dalam
hektar per jam.
Efisiensi
lapang ialah perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang
teoritis, dinyatakan dalam persen. Efisiensi lapang melibatkan pengaruh waktu
hilang di lapang dan ketakmampuan untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin.
Efisiensi
kinerja ialah suatu ukuran efektifitas fungsional suatu mesin, misalnya prosentase
perolehan produk bermanfaat dari penggunaan sebuah mesin pemanen.
2. Kapasitas Lapang Efektif
Kapasitas lapang efektifsuatu alat merupakan
fungsi dari lebar kerja teoritis mesin, prosentase lebarteoritis yang secara
aktual terpakai, kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama
pengerjaan. Dengan alat-alat semacam garu, penyiang lapang,pemotong rumput dan
pemanen padu, secara praktis tidak mungkin untukmemanfaatkan lebar teoritisnya
tanpa adanya tumpang tindih. Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama
merupakan fungsi dari kecepatan, kondisi tanah dan ketrampilan operator. Pada
beberapa keadaan, hasil suatu tanaman bisa jadi terlalu banyak sehingga pemanen
tidak dapat digunakan memanen selebar lebar kerjanya, bahkan pada kecepatan
maju minimum yang masih mungkin.
Untuk alat yang terdiri dari
satuan-satuan mata terpisah, semisal alat penanam atau penyiang tanaman larik,
pengicir bijian, lebar teoritisnya adalah hasil kali banyaknya satuan (misalnya
banyaknya larik, pembuka alur) dengan jarak antar satuan. Dengan kata lain,
lebar teoritisnya dianggap mencakup setengah jarak satuan pada kedua sisi
sebelah luar mata-mata paling ujung. Mesin-mesin tanaman larik memanfaatkan
100% lebar teoritisnya, sedangkan alat lapang terbuka yang memiliki mata
terpisah akan terkena kehilangan karena tumpang tindih.
Kecepatan maju terbesar yang
diijinkan berkaitan dengan faktor-faktor semacam sifat pengerjaan, kondisi
lapang, dan besarnya daya tersedia. Untuk alat pemanen, faktor pembatasnya
boleh jadi ialah kecepatan maksimum dapat ditanganinya bahan secara efektif
dengan mesin tersebut.
Waktu hilang merupakan variabel yang
paling sulit dinilai dalam hubungannya dengan kapasitas lapang.Waktu lapang
bisa hilang akibat penyetelan / pembetulan atau pelumasan alat,
kerusakan, penggumpalan, belok di ujung, penambahan benih atau pupuk,
pengosongan hasil panenan, menunggu alat pengangkut, dsb. Dalam kaitannya
dengan kapasitas lapang efektif dan efisiensi lapang, waktu hilang tidak
mencakup waktu pemasangan atau perawatan harian alat, ataupun waktu hilang
akibat kerusakan yang berat. Waktu hilang hanya mencakup waktu untuk perbaikan
kecil di lapang dan waktu untuk pelumasan yang dibutuhkan di luar perawatan
harian, di samping hal-hal lain seperti diuraikan di depan.
Waktu lapang
total dianggap sama dengan jumlah waktu kerja efektif ditambah waktu hilang.
Waktu yang dipakai untuk perjalanan
dari dan ke lapang biasanya tercakup dalam menggambarkan biaya overall dari
suatu pengerjaan, namun tak diperhitungkan ketika menentukan kapasitas lapang
efektif atau efisiensi lapang.
Kapasitas lapang efektif suatu mesin bisa dinyatakan
sbb :
Dengan
C = kapasitas lapang efektif, dalam hektar per jam
S = kecepatan jalan, dalam km/jam
W = lebar teoritis alat, dalam meter
Ef = efisiensi lapang, dalam persen.
Renoll mengusulkan pengiraan kapasitas lapang efektif
dalam satuan menit per hektar, yang merupakan besarnya waktu teoritis per
hektar ditambah waktu per hektar yang diperlukan untuk belok ditambah waktu
perhektar yang diperlukan untuk “fungsi-fungsi penunjang”. Renoll menggolongkan
seluruh waktu hilang selain belok ke dalam fungsi penunjang. Item-item ini
diukur dan diperkirakan secara individual lalu dijumlahkan.
3. Waktu Hilang Untuk Belok
Belok di ujung atau di sudut suatu
lapang menghasilkan suatu kehilangan waktu yang seringkali sangat berarti,
terutama pada lapang-lapang pendek. Tidak peduli apakah suatu lapang dikerjakan
pulang balik, dari tepi ke tengah ataukah digarap dengan mengelilingi titik
pusatnya, jumlah waktu belok per satuan luas untuk sebuah alat dengan lebar
tertentu akan berbanding terbalik dengan panjang lapang. Untuk suatu lapang persegi
tertentu digarap searah panjangnya ataukah memutarinya, jumlah putaran
perjalanan yang diperlukan akan sama pada ketiga cara di atas. Menggarap secara
pulang balik memerlukan 2 kali belokan 180o per putaran, sedang kedua cara
lainnya mencakup empat belokan 90o per putaran.
Waktu yang diperlukan untuk belok
pada pengerjaan bolak-balik, misalnya pada tanaman larik, juga dipengaruhi oleh
ketakteraturan bentuk lapang, besarnya ruang belok di head-land,
kekasaran daerah belok dan lebar alat. Renll dalam suatu pengkajian selama 8
tahun dengan peralatan 1, 2, dan 4 larik (jarak larik 102 cm) mendapatkan bahwa
waktu belok 12 – 18 detik per belokan bila daerah beloknya halus, namun akan
lebih besar 10 – 30 % bila daerah beloknya kasaar. Waktu per belokan akan naik
sebanyak 50 % jika daerah belok begitu sempit sehingga traktor harus diundurkan
ketika belok.
Waktu per belokan pada head-land
halus rata-rata hampir 5 % lebih besar pada pemanen atau penyiang 4 larik
dibanding 2 larik. Perbedaannya ialah 20 – 25 % pada head-land kasar.
Pada pengujian dengan alat yang lebih lebar, Barnes dkk mendapatkan bahwa waktu
per belokan rerata 40 – 5- % lebih besar untuk penyiang dan penanam 6 larik
dibanding 4 larik.
Renoll mengajukan penggunaan suatu
faktor yang disebut “indeks mesin lapang” guna menunjukkan seberapa cocok suatu
lapang tertentu terhadap pengerjaan tanaman larik. Renoll mendefinisikan indeks
ini sebagai perbandingan prosentase dari waktu kerja efektif dibagi waktu kerja
efektif + waktu belok. Harga-harga indeks terbanding untuk lapang-lapang yang
berbeda ditentukan oleh pengkajian waktu aktual dengan mesin-mesin yang sama.
Pengujian oleh Rnoll menunjukkan bahwa indeks mesin lapanng untuk suatu lapang
tertentu cenderung konstan pada beragam pengerjaan tanaman larik.
Perjalanan tak kerja melintasi
ujung-ujung suatu lapang menghasilkan kehilangan lainnya yang sering tak
terhindarkan dan khususnya penting jika tanah yang luas dibagi-bagi ke dalam
lapang-lapang yang pendek. Jika w adalah lebar total masing-masing tanah (yaitu
lebar luasan yang digarap sebagai sebuah satuan), rerata jarak teoritis
melintas tiap ujung ialah « w. Jika panjang lapang ialah L, rerata perjalanan
total per putaran adalah 2 L + w, dan prosentase jarak perjalanan tak kerja
adalah
Dengan membagi pembilang dan penyebut dengan w,
diperoleh
Dalam prakteknya, perjalanan
maksimum melintasi ujung suatu lapang akan sedikit lebih besar dibanding w, dan
perjalanan minimum bila lapang dipersempit akan dibatasi oleh jejari belok
mesin atau traktor. Karena itu dalam menghitung I sebaiknya diambil nilai
w yang sedikit lebih besar dibanding lebar lapang.
4. Waktu Hilang Yang Sebanding
dengan Luas
Beberapa waktu hilang, semacam
karena istirahat dan penyetelan atau pemeriksaan alat, biasanya cenderung
sebanding dengan waktu kerja efektif (atau dengan waktu lapang total) jika
kecepatan kerja atau lebar alat ditambah. Perjalanan tak kerja melintasi ujung
lapang cenderung sebanding dengan waktu kerja efektif jika kecepatan kerja
normal dipertahankan saat melintasi ujung.
Kehilangan waktu yang lain, semacam
yang disebabkan oleh halangan, penggumpalan, penambahan pupuk atau benih, dan
pengisian tabung semprotan, seringkali cenderung lebih sebanding dengan luas
daripada dengan waktu kerja. Waktu per hektar untuk belok pulang-balik pada
pengerjaan tanaman larik cenderung tetap konstan (atau turun cuma sedikit) jika
kecepatan kerja dinaikkan, karena kecepatan biasanya dikurangi saat belok,
kecuali jika kecepatan kerja normalnya memang telah rendah. Waktu hilang yang disebabkan
pengosongan hasil panen cenderung sebanding dengan jumlah hasil di samping
sebanding dengan luasnya.
Waktu hilang yang cenderung
sebanding dengan luas menjadi makin penting bila lebar atau kecepatan alat
dinaikkan, karena waktu hilang tersebut akan terhitung dengan prosentase yang
lebih besar dengan berkurangnya total waktu per hektar. Dengan demikian,
mengganti penanam 4 larik dengan 6 larik pada kecepatan maju yang sama dapat
menaikkan keluaran cuma 30 % bukannya 50 %.
Pentingnya secara relatif dari waktu
berhenti yang sebanding dengan luas bisa ditentukan dari persamaan berikut,
yang didasarkan pada definisi efisiensi lapang.
dengan
To = Waktu teoritik per hektar
Te = Waktu kerja efektif = To x 100/K
K = Persentase lebar alat yang dimanfaatkan secara
actual
Th = Waktu hilang per hektar kerana penghentian yang
tak sebanding dengan luas, setidaknya sebagian dari Th biasanya cenderung
sebanding dengan Te
Ta = Waktu hilang per hektar karena penghentian yang
cenderung sebanding dengan luas.
Dalam praktek aktual, hubungan
antara banyak tipe waktu hilang dan waktu kerja efektif atau luas berada di
suatu titik antara harga-harga ekstrim yang dihasilkan oleh Th dan Ta.
Sebagaimana ditunjukkan dalam pasal 3, waktu per belokan untuk penanaman atau
penyiangan tanaman larik naik sedikit jika lebar alat ditambah, sehingga waktu
belok pada alat yang lebih lebar mempunyai prosentase yang lebih besar terhadap
waktu total namun merupakan jumlah terkecil per hektarnya.
Mengisi wadah benih, jika hanya
memerlukan sejumlah kecil benih per hektar, boleh jadi memerlukan waktu per
hektar yang lebih kecil pada penanam lebar dibanding penenem yang lebih kecil
karena waktu yang dibutuhkan untuk turun dari traktor, berjalan menju wadah,
dan kembali kira-kira hampir sama pada kedua ukuran itu, dan akan merupakan
sebuah persoalan yang signifikan dari waktu total dalam penambahan benih.
5. Waktu Hilang Berkenaan dengan
Kehandalan Mesin
Peluang kerusakan alat, yang akan
berakibat hilangnya waktu di lapang, adalah berbanding terbalik dengan
kehandalan mesin. Kehandalan keberhasilan dapat didefinisikan sebagai peluang
statistik berfungsinya suatu alat secara memuaskan pada kondisi tertentu
sepanjang periode waktu tertentu. Sebagai contoh, jika sebuah alat memiliki
kehandalan keberhasilan 1000 jam sebesar 90 %, rerata 10 % dari alat tersebut
akan rusak sebelum 1000 jam dan 90 %-nya akan berumur pakai lebih dari 1000
jam. Cara lain untuk menyatakan kehandalan keberhasilan ialah dengan
menyatakannya sebagai rerata selang waktu antara terjadinya
kerusakan-kerusakan.
Kehandalan suatu gabungan suku atau gabungan mesin
ialah hasil kali faktor-faktor kehandalan individual. Persen kehandalan harapan
pada sebuah gabungan dari n bagian ialah
Dengan
x1, x2, x3, ….. xn
= kehandalan harapan alat individual dalam persen.
Hendaknya diperhatikan bahwa
kehandalan yang ditunjukkan dengan persamaan di atas hanyalah harga harapan
statistik. Kehandalan satuan individual suatu tipe tertentuberagam secara lebar
dari harga harapannya. kehandalan harapan dan faktor keragaman bisa ditentukan
secara statistik dario pengamatan terhadap sekelompok satuan individual.
Sebuah mesin komplek, semacam
pemanen padu, memiliki peluang kerusakan yang jauh lebih besar dibanding sebuah
mein sederhana, bahkan meskipun kehandalan keberhasilan seluruh suku
individualnya mungkin saja tinggi. Sebagai contoh, sebuah mesin dengan hanya 10
bagian, masing-masing memiliki kehandalan keberhasilan 97 % untuk suatu periode
waktu tertentu, akan memiliki kehandalan menyeluruh hanya sebesar 74 %.
Sekalipun rancangan merupakan faktor utama kehandalan keberhasilan, tata cara
pembuatan dan cara perawatan dan pemakaian mesin pun penting. Rancangan optimum
merupakan suatu hasil yang menyetimbangkan biaya guna mendapatkan kehandalan
yang tinggi dengan manfaat meminimumkan frekwensi terjadinya kerusakan.
Suatu survey terhadap lebih dari 1
500 petani di Indiana dan Illionis menunjukkan bahwa kehandalan keberhasilan
tidak terlalu dipengaruhi oleh umur, baik pada mesin komplek maupun sederhana.
Pada survey tersebut, kehandalan didasarkan pada kerusakan yang acak, tak
teramalkan, serta tidak menertakan pengaruh keausan normal. Rerata terdapat 60
– 80 % peluang terjadinya satu atau lebih kerusakan per tahun, diawali dari
tahun pertama umur mesin. Pada mesin yang mengalami kerusakan, rerata hilangnya
waktu lapang per tahun biasanya lebih dari 8 jam untuk pemanen padu, 3 – 6 jam
untuk pemetik jagung, 1 – 4 jam untuk bajak, serta kurang dari 2 jam untuk
penanam dan penyiang tanamn larik. Waktu hilang yang besar pada kerusakan alat
pemanen yang komplek mungkin menghasilkan kerugian ekonomis yang serius
dikarenakan ketaktepatan waktu.
Kehandalan pemakaian waktu pada
mesin individual menjadi makin penting jika beberapa mesin atau beberapa bagian
mesin digunakan secara gabungan. Untuk sebuah alat individual, waktu hilang
sebesar 5 atau 10 % karena kerusakan, penyetelan, pembetulan,
penyumbatan/penggumpalan, atau berhenmti yang lain berkaitan dengan mesin,
umumnya tidak dianggap serius. Namun jika 4 satuan semacam itu, masing-masing
dengan kehandalan pemakaian waktu 98 %, digunakan secara beriritan, kehandalan
pemakaian waktuharapan menyeluruh gabungan tersebut akan terkurangi sampai
menjadi tinggal 66 %. Kehandalan pemakaian waktu, sebagaimana dibahas pada
pasal ini, didasarkan pada waktu kerja efektif dan waktu hilang dari
pemberhentian yang dibutuhkan pada masing-masing mesin individual dalam
gabungan tersebut. Waktu hilang karena belok, istirahat, pengisian wadah benih
atau pupuk, dan sebagainya, kira-kira akan tetap sama tak peduli berapa jumlah
mesinnya, namun harus dimasukkan dalam penghitungan efisiensi lapang gabungan
tersebut.
Dikarenakan adanya pengurangan
kehandalan pada mesin gabungan, pemeliharaan preventif menjadi relatif lebih
penting dibanding jika hanya dipakai mesin tunggal. Semua mesin dalam suatu
gabungan hendaklah dapat dipakai sepanjang waktu yang sama. Antara perawatan
dan kapasitas berbagai satuannya hendaklah dapat disesuaikan dengan baik.
6. Menghitung Waktu Hilang dan
Efisiensi Lapang
Pengkajian waktu hilang telah
dilakukan oleh sejumlah penyelidik untuk menentukan efisiensi lapang dan
memberi informasi untuk keperluan analisa lapang. Pengkajian waktu terinci
meliputi pengamatan dan pencatatan waktu secara menerus pada tiap kegiatan yang
tercakup dalam pengerjaan lapang, untuk satu atau lebih perioda hari. Jika K =
100 %, efisiensi lapang ialah persentase total waktu lapang sepanjang mana
mesin secara aktual menghasilkan fungsinya, dan dapat ditentukan secara
langsung dari data waktu.
7. Memperbaiki Efisiensi Lapang
Dengan bertambah komplek dan
bertambah mahalnya mesin, makin pentinglah untuk mendapatkan keluaran maksimum
dari mesin tersebut. Meminimumkan waktu hilang di lapang merupakan salah satu
cara guna memperbaiki kapasitas lapang. Para insinyur dapat menyumbang usaha
mendapatkan efisiensi yang tinggi dengan merancang mesin yang memiliki kehandalan
maksimum dan kebutuhan perawatan minimum.
Pengkajian waktu sering menunjukkan
daerah perbaikan potensial dalam pengelolaan mesin. Jumlah waktu belok yang
berlebihan dapat menunjukkan kebutuhan untuk memperbaiki kondisi atau lebar head-land
aatu mengganti pola belok. Waktu berhenti yang berlebihan dapat berarti
dibutuhkannya sistem perawatan preventif yang lebih baik.
Pengembangan alat dan sistem
penanganan bahan di lapang yang lebih efisien menawarkan adanya potensi besar
untuk meningkatkan efisiensi lapang. Benih, pupuk, herbisida, insektisida, dan
bahan-bahan lain harus diangkut menuju lapang dan dimuat ke atas mesin. Hasil
panen harus dibongkar dan diturunkan di tempat penyimpanan. Pada pengerjaan
penanaman-pemupukan, penanganan bahan dalam karung di lapang dapat dengan mudah
menyita 25 % dari total waktu lapang. Penanganan pupuk kering secara curah,
atau pemakaian pupuk cair dan pompa pemindah dapat secara nyata mengurangi
waktu penanganan bahan dan dengan demikian akan menaikkan efisiensi lapang. Renoll
mendapatkan bahwa penggantian cara penanganan air pada pemberian bahan kimia
pra tuna pada pengerjaan penanam tertentu menaikkan kapasitas penanam dari 1,4
ha/jam menjadi 1,6 ha/jam.
C. Membajak
Bajak (juga dikenali
dengan istilah Luku dan Tenggala) merupakan sebuah alat di bidang
pertanian
yang digunakan untuk menggemburkan tanah sebelum melakukan penanaman dan penaburan benih, juga merupakan
salah satu alat paling sederhana dan berguna dalam sejarah.
Pada awal masa pertanian mulai berkembang, manusia
hanya menggunakan sekop. Adalah mudah bagi
penduduk yang tinggal di daerah yang sangat subur seperti di tepi sungai Nil,
di mana banjir tahunan selalu memperbaharui tanah di daerah tersebut. Tetapi,
untuk secara teratur bercocok-tanam di daerah
yang kurang subur, tanah harus digemburkan terlebih dahulu agar setelahnya
dapat membuat alur untuk menabur benih.
Tujuan utama dari membajak adalah untuk membawa tanah bagian dalam yang subur ke permukaan. Bajak biasanya
ditarik oleh seekor sapi.
Walau demikian, di beberapa daerah, bajak ditarik oleh kuda. Sedangkan, di
negara-negara maju,
dipergunakan tenaga uap.
Sejak dua dekade
terakhir, penggunaan bajak di beberapa daerah telah banyak berkurang karena
dapat menyebabkan kerusakan pada tanah dan erosi.[rujukan?]
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
IDENTIFIKASI
PERALATAN PERTANIAN
A.
Traktor
Sebagai Sumber Daya di Bidang Pertanian
1. Pengamatan Spesifikasi Traktor Besar
Nama :
Traktor Besar
Merk :
Quick
Model : “F”
(Transmission Fluid)
Negara Pembuat : Amerika
Motor
Penggerak
Nama :
Diesel
Merk :
Tri-Tractor
Model : D8/8
HP/RPM :
-
Jumlah Silinder :
1
Volume Silinder :
-
Perbandingan Kompresi : -
Urutan Penyalaan :
-
Sistem Pendinginan :
-
Sistem Pelumasan :
Oli
Sistem Transmisi :
Roda gigi
Kopling : Otomatis
PTO : -
Perneling : Manual
Ukuran Traktor
Panjang/lebar/tinggi (cm) :
305 cm / 120 cm / 120 cm
Berat (kg) :
-
Jarak poros roda (mm) :
185 cm
Jarak antar roda (mm) : -
Depan : 125 cm
Belakang : 75 cm
Renggang dengan tanah (mm) : 46 cm
Ukuran roda : Depan :
45 cm
Ukuran roda : Depan :
Belakang :
91 cm
Kapasitas tangki (l) :
5 Liter
Bahan bakar :
Solar
Pelumas: Mesin :
Oli
Transmisi :
Oli
Saringan Udara : Oli
Gambar Traktor dan Bagian-bagiannya
Gmbr1.
Keterangan :
1.Perseneling
2. Kopling
3. Saringan udara
4. Tangki Solar
5. Roda belakang
6. Roda depan
7. Setor
2. Pengamatan
Spesifikasi Hand Traktor
Nama :
Hand Traktor
Merk :
Quick G-3000
Model/tipe :
Steming Clutch
Negara Pembuat/Tahun :
Jepang rakitan Indonesia
Motor
Penggerek
Nama :
Diesel
Merk :
Kubota direct injection diesel
Model/Tipe :
Direct Injection
HP/RPM :
2200
Jumlah Silinder :
1
Volume Silinder (cc) :
487
Perbandingan kompresi : :
Urutan penyalaan :
Sistem pendinginan :
Liquid cold
Sistem pelumasan :
Oli
Sistem transmisi :
V-Belt
Kopling :
Manual
PTO :
-
Persneling :
-
Ukuran
Traktor
Panjang/lebar/tinggi (cm) : 275/115/100
Berat (kg) :
Jarak poros roda (mm) :
100 mm
Jarak antar roda (mm) :
590 mm
Depan :
-
Belakang :
-
Renggang dengan tanah (mm) : 400
Ukuran roda
: Depan :
-
Belakang :
-
Kapasitas tangki (l) :
2 Liter
Bahan bakar :
Solar
Pelumas: Mesin :
Oli
Transmisi :
V-Belt
Saringan udara :
-
Gambar traktor dan bagian-bagiannya
Gmbr 2
Keterangan :
1.
Roda 11.
Mesin
2.
Tangki 12.
Tutup tangki
3.
Radiator 13. Standar
4.
Knalpot 14.
Gagang/Kerangka
5.
Starter
6.
Persneling
7.
Kopling
8.
Handle
9.
Gas
10. Draw bar
B. Alat dan Mesin Pengolah Tanah
1.
Pengamatan Spesifikasi Bajak Singkal ( Molboard Plow)
Nama :
Bajak Singkal
Merk :
-
Model :
-
Negara pembuat :
Indonesia
Cara penggandengan :
Maunted
Ukuran,
Panjang/lebar/tinggi :
60 cm/ 37 cm/ 76 cm
Renggang bawah :
44 cm
Renggang samping :
4,2 cm
Berat (kg) :
37 Kg
Perlengkapan
bajak
Singkal bajak (coulter) : ada / tidak
Jointer :
ada / tidak
Roda alur (furrow wheel) : ada / tidak
Roda dukung (land wheel) : ada / tidak
Gambar Alat dan bagian-bagiannya
Gmbr
3
Keterangan :
1.
Draw bar
(pengait)
2.
Singkal Bajak
3.
Krangka
4.
Pengatur
kedalaman
5.
Mata bajak
3. Pengamatan
Spesifikasi Bajak Piringan (Disk Plow)
Nama : Bajak
piringan
Merk : Quick
Tractor
Model :-
Negara pembuat : Indonesia
Cara
penggandengan :
Ukuran,
Panjang/lebar/tinggi
(cm) : 85 cm / 43 cm / 60 cm
Renggang bawah : 23 cm
Renggang samping : 7 cm
Berat (kg) :
Perlengkapan bajak,
Singkal bajak (coulter) :
ada / tidak
Jointer : ada
/ tidak
Roda alur (furrow wheel) : ada / tidak
Roda dukung(land wheel) : ada / tidak
Gambar Alat dan
Bagian-bagiannya
Gmbr.4
Keterangan :
1. Piringan
2. Roda alur
3. Draw bar
4. Pengatur kedalaman
5. Pengatur roda
6.
Kerangka
3.Pengamatan Spesifikasi Garu Piringan (Disk Herrow)
Nama :
Tri Tactor
Merk :
Jult-Bilt
Model :
‘F’ Transmission Fluid/0602022450
Negara pembuat :
Amerika
Jumlah rangkaian :
3 Gang
Jumlah piringan :
8 rangkaian
Jenis piringan :
Lingkaran bergerigi pada tepi
Diameter piringan (cm) :
40 cm
Lebar kerja garu :
125,6 cm
Cara pengandengan :
Garu piringan disambungkan dan dipasang dimesin mini traktor
Ukuran,
Panjang/lebar/tinggi (cm) : 124 / 43 / 55
Berat (kg) :
Perlengkapan garu,
Roda alur (furrow
wheel) : ada / tidak
Roda dukung :
ada /tidak
Gmbr.5
Keterangan :
1.
Pengait (Draw
Bar)
2.
Roda Garu
3.
Kerangka /
dudukan piring
4.
Mata garu
piringan
5.
Roda galur
C.
Alat dan Mesin Pemeliharaan Tanaman
Nama :
Knapsack Sprayer
Merk :
SWAN
Model :
SWA, No. 152877
Negara Pembuat :
Indonesia
Jenis :
Menyebar berbentuk V
Volume tangki :
14/16
Tekanan kerja (kg/cm2) :
10 Kg/cm
Ukuran,
Panjang/lebar/tinggi (cm) : 60
cm /
21 cm / 32 cm
Berat (kg) :
5 Kg
Gambar Alat dan bagian-bagiannya
Gmbr 6
Keterangan :
1. Tangki
2. Pengukur Tekanan kerja
3. Lubang tempat memasukan cairan
4. Pemompa tank
5. Tali punggung
6. Kran knapsack
7. Kran pengatur cairan
8. Selang
9. Pipa nosel
10. Nosel
B.
Perhitungan Kapasitas Kerja Lapang
1. Waktu hilang oleh overlap
W1 =
30 cm
W2= I. 36 cm I.36 cm
II. 76
cm II.40 cm
III. 89
cm III. 13 cm
Rata-rata W2
=29,7cm
% waktu overlap (Li) =
x 100 %
=
x 100 % = 1 %
2. Waktu hilang karena slep
D = 77 cm
N = 10
L = I. 1650
cm
II. 1660 cm
III. 1680 cm
Rata-rata L = 1663 cm
% Waktu slep (L2) =
x 100 % =
x 100 %
=
x 100%
= 31,28 %
3.Waktu hilang untuk membelok
T = 12menit 42 detik = 762 detik
T1= 12 detik
% Waktu belok (L3) =
x 100 %
=
x 100 % = 1, 57 %
4.Waktu yang hilang karena macet
T = 762 detik
T2= 9 detik
% Waktu macet (L4) =
x100%
=
x 100 % = 1,18%
L1= 1 % = 0,01
L2= 31,28 % = 0,3128
L3= 1,57 % = 0,0157
L4 = 1,18 % = 0,0118
Efisiensi kerja = (1-L1)(1-L3)(1-L3-L4)
x 100 %
= (1-0,01)(1-0,3128)(1-0,0157-0,118) x 100 %
= (0,99)(0,6872)(0,9725) x 100 %
= 66,16 %
B. Pembahasan
Pada
kegiatan praktikum acara kelima kali ini yaitu tentang latihanpengolahan tanah
serta pengukuran kapasitas dan efisiensi kerja lapangan,mahasiswa dilibatkan
lebih jauh mengenai latihan pengolahan tanah, denganmenggunakan alat dan mesin
pengolahan tanah secara mekanis, yaitumenggunakan traktor mini, serta melakukan
pengukuran kapasitas dan effisiensikerja lapang dari penggunaan alat (traktor)
tersebut. Praktikum ini memilikitujuan untuk mempelajari kinerja (performance)
alat mesin pengolah tanah secaramekanis ditinjau dari
aspek teknik kerekayasaan, teknik operasional dan aspek ekonominya.
Praktikum ini merupakan acara lanjutan dari acara latihanpengendalian traktor,
hanya saja pada acara praktikum kali ini, traktor tidak dikendalikan oleh
praktikan, melainkan oleh operator yang sudah ahli.Mahasiswa hanya bertugas
untuk menganalisa kapasitas dan effisiensi kerjalapang daripada pemanfaatan
traktor mini tersebut untuk kegiatan pengolahantanah. Yaitu dengan mencatat
putaran roda, lebar kerja, kedalaman pembajakan.
Pada praktikum ini kami menggunakan Traktor dengan
nama Hand Traktor merek Quick G-3000 dengan ukuran panjang 275 cm , lebar 115
cm dan tinggi 100 cm dengan bahan bakar menggunakan solar. Pelumas mesin
menggunakan oli sebagai pendinginnya dan transmisi jenis V-Belt.
Penggunaan Hand traktor ini memperoleh waktu hilang
karena overlap sebanyak 1 % , Waktu hilang karen slep sebanyak 31,28 % , Waktu
hilang untuk membelok 1,57 %, Waktu hilang karena macet sebanyak 1,18 %. Jadi
efisiensi kerja di dapatkan 66,16 % dari keseluruhan kerja.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
1.Penggunaan
alat dan mesin pertanian akan berjalan dengan baik apabila dapat memenuhi
persyaratan teknik kerekayasaan dan teknik operasionalnya.
2.Waktu yang
hilang dalam pengolahan tanah bias disebabkan karenakerugian karena terjadinya
tumpang tindih hasil pengolahan, kerugiankarena slip roda, kerugian karena
belok, dan kerugian waktu untuk pengaturan, mengatasi kemacetan dan
kerusakan kecil.
3.Hasil
perhitungan yang diperoleh pada hand traktor :
1) L1= 1 % = 0,01 ( Waktu hilang oleh
overlap)
2)L2= 31,28 % = 0,3128 (Waktu hilang karena
slep)
3)L3= 1,57 % = 0,0157 (Waktu hilang karena
membelok)
4)L4 = 1,18 % = 0,0118 (Waktu hilang karena
macet)
5) Efisiensi kerja = 66,16%
B. Saran
Pada
praktikum kali ini menurut praktikan sudah cukup baik. Tetapi sebaiknya sebelum melakukan praktikan asisten
mencari lahan yang akan dibajak sehingga tidak mencari lagi saat
praktikum sudah dimulai. Tapi untuk keseluruhan praktikum acara kali ini,
praktikum berjalan cukup lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
1983. Mekanisasi Pertanian Badan
Pendidikan Latihan danPenyuluhan Pertanian. Jakarta.
Ciptohadijoyo,
Sunarto. 2003.Handout Mesin Produksi
Pertanian .JurusanTeknik Pertanian. FTP. UGM. Yogyakarta.
Daywin, F.J.
Godfried Sitompul, Lapu Katu, Moeljarno Djoyomartono danSiswandi Soeparjo.
1978.Motor Bakar dan Traktor Pertanian
Departemen Mekanisasi Pertanian. FATEMETA IPB. Bogor.
Fahmi, A.
1994.Unjuk Kerja Mesin Pertanian Diakses tanggal: 15 Januari2013. URL : http://www.pustaka-deptan.go.id.pdf//
Hardjosentono. 1996.
Mesin-mesin
Pertanian. Cetakan Kedua. Bumi Aksara.Jakarta.
Irwanto,
Kohar A. 1980. Alat dan Mesin
Budidaya Pertanian FakultasMekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian.
ITB. Bandung.
Pratomo, M.,
dkk. 1983. Alat dan Mesin
Pertanian. Departemen Pendidikan danKebudayaan. Jakarta.
Purwadi,
Tri. 1990.Mesin dan Peralatan Usaha
Tani.Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.
Rustam,
Fadli. 2003. Mekanisasi Pertanian.
Diakses tanggal : 15 Januari 2013URL:http: // www.dipertahorsumbar.web.id/Buku/MekanisasiPertanian.pdf
Wijanarko,
Ibnu Rudi. 1995.Analisis Sistem
Pemeliharaan dan Reparasi Traktor Tangan. Jurusan Mekanisasi
Pertanian. FTP. UGM. Yogyakarta.
Young, P. E.
1975.A Machine to Increase
Productivity of a Tillage Operation
.ASAE Paper. ASAE St
Joseph MI 49085.
Wijanarko,
Ibnu Rudi. 1995.Analisis Sistem
Pemeliharaan dan Reparasi Traktor Tangan. Jurusan Mekanisasi
Pertanian. FTP. UGM. Yogyakarta.
Young, P. E.
1975.A Machine to Increase
Productivity of a Tillage Operation
.ASAE Paper. ASAE St
Joseph MI 49085.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar