LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
EFIKASI
HERBISIDA DAN KALIBRASI SPRAYER

Reo Sambodo 100110
Wahyu Aji Purwoko 100110
Waris 11011013
Lina Astuti 110110
Edi Nugroho 110110
FAKULTAS
AGROINDUSTRI
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS
MERCU BUANA
YOGYAKARTA
2013
I.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sprayer
(alat penyemprot) adalah suatu alat untuk membuat cairan menjadi kabut dibawah
suatu tekanan udara melalui suatu nozzsell (alat pemercik). Sprayer ada
bermacam-macam antara lain knapsack sprayer, compession, mist blower dan
traktor sprayer.
Knapsack sprayer ialah type sprayer yang paling sederhana
memerlukan pemompaan kontinyu selama dipakai untuk memperoleh tekanan konstan
bentuknya seperti alat musik. Sprayer ini baik untuk fungisida dan insekta
tetapi dapat juga digunakan untuk herbisida asal digunakan nozzel yang cocok.
Model yang lebih mahal mempunyai tangki yang lebih besar dan dapat ditaruh
dipinggang. Kebanyakan mempunyai pompa perlahan-lahan sehingga diperoleh volume
pancaran yang rendah dan merata. Model yang paling praktis pemompaan dilakukan
dengan tangki kiri sedangkan penyemprotan dengan tangki kanan. Dengan demikian
kecepatan cairan yang dipancarkan dapat dipertahankan konstan.
Dua tipe herbisida menurut aplikasinya
Terdapat dua tipe herbisida menurut
aplikasinya: herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dan herbisida
pascatumbuh (postemergence herbicide). Yang pertama disebarkan pada lahan
setelah diolah namun sebelum benih ditebar (atau segera setelah benih ditebar).
Biasanya herbisida jenis ini bersifat nonselektif, yang berarti membunuh semua
tumbuhan yang ada. Yang kedua diberikan setelah benih memunculkan daun
pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu
tumbuhan pokoknya.
Cara kerja herbisida
Pada umumnya herbisida bekerja dengan
mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam
amino melalui kompetisi dengan senyawa yang "normal" dalam proses
tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan
menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja
lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang
diperlukan tumbuhan.
Contoh:
glifosat (dari Monsanto) mengganggu
sintesis asam amino aromatik karena berkompetisi dengan fosfoenol piruvat
fosfinositrin mengganggu
asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi substrat dari enzim
glutamin sintase.
B.
Tujuan Praktikum
1.
Untuk mengetahui pola sebaran
hasil penyemprotan cairan herbisida dengan sprayer.
2.
Untuk mendapatkan efisiensi
yang tinggi dari suatu hasil penyemprotan sesuai dengan dosis yang ditentukan.
3.
Untuk mengetahui keracunan oleh
herbisida kontak dan sistematik.
4.
Agar mahasiswa dapat mengetahui
dan membedakan antara gejala herbisida sistematik dan herbisida kontak secara
langsung.
II.
TINJAUN PUSTAKA
Herbisida
yang selektif merupakan suatu herbisida yang sangat beracun untuk suatu jenis
tumbuhan tertentu, akan tetapi tidak beracun untuk tumbuhan lainnya yang
berbeda terutama familinya.Bila herbisida ini dipergunakan pada suatu komunitas
di lapangan, maka
mungkin sebagian dari
tumbuhan yang ada akan mati, tetapi tumbuhan lainnya tidak apa-apa, seolah-olah
tidak ada gangguan apa-apa, walaupun gangguan itu sebenarnya ada, tetapi hanya
sedikit.
Selektivitas dari suatu
Herbisida tergantung kepada 4 hal :
1. Bentuk morfologi dari
tumbuhan tersebut
2. Peran Herbisida itu
sendiri
3. Peran lingkungan
4. Peran cara aplikasi.
Bentuk morfologi
Perbedaan tumbuhan
menunjukkan perbedaan kepekaan pada suatu Herbisida, yang sangat ditentukan
oleh faktor dalam dan luar, yang memungkinkan Herbisida masuk, kontak,
translokasi dan merusak fungsi utama. Bagian luar tumbuhan merupakan
pertimbangan pertama bagi selektivitas Herbisida.
1
Disekitar pohon perkebunan yang
tinggi dan batangnya berkayu dapat memungkinkan pemberantasan gulma yang berada di bawahnya
tanpa mengganggu pohon tersebut.
2
Daun dengan kedudukan tegak,
sempit dan sangat berlilin akan menolak semprotan Herbisida daripada daun yang
datar, luas dan tak berlilin. Daun yang tua dan banyak stomata memungkinkan Herbisida
mudah masuk ke dalam jaringan tanaman. Tumbuhan berdaun lebar mempunyai
meristem pada ujung tumbuhan, yang langsung menyongsong hasil semprotan,sedangkan
tumbuhan berdaun sempit meristem dilindungi sehingga kurang peka akan Herbisida.
3
Perakaran yang dalam menjadikan
tumbuhan agak toleran pada herbisida tanah yang sering tersebar hanya dekat
permukaan saja. Sedangkan tumbuhan dengan perakaran dangkal akan segera
terpengaruh. (Gulma annual berakar dangkal dan gulma perennial berakar dalam).
Peran herbisida
1
Bentuk molekul menentukan
pengaruh pada gulma sasaran, meskipun dalam satu golongan herbisida 2,4 - D
yang mempunyai dua khlorin menjadi kurang aktif pada gulma perennial
dibandingkan dengan 2, 4, 5 - T yang mempunyai tiga khlorin.
2
Tentang konsentrasi Herbisida,
jumlahnya dapat menentukan terjadi hambatan atau peracunan pada suatu gulma.
Pada umumnya dengan makin meningkatnya konsentrasi makin meningkat pula
penekanannya.
3
Mode of action, aspek ini juga
termasuk yang penting dalam pengaruhnya pada selektivitas Herbisida, yang
sangat tergantung sifat kimiawi tumbuhan maupun herbisidanya sendiri.
Peran lingkungan
1
Lingkungan.
Dapat
memodifikasikan semua faktor yang mempengaruhi selektivitas Herbisida. Dalam
hal ini panjang dan intensitas cahaya matahari perlu dipertimbangkan, beberapa
Herbisida dapat terdekomposisikan oleh cahaya tersebut. Untuk hasil kerja yang
maksimal herbisida kontak maupun sistemik tergantung daripada adanya cahaya,
matahari, seperti Herbisida penghambat proses fotosintesis.
2.
Air dan Curah Hujan.
Menentukan
absorbsi Herbisida oleh akar. Curah hujan mencuci Herbisida yang ada pada
bagian tumbuhan maupun di atas tanah masuk ke dalam tanah, yang akan menghilangkan
efek daripada herbisida.
3.
Suhu.
Banyak
mempengaruhi fungsi-fungsi dalam tumbuh-tumbuhan seperti masuk dan pergerakan
herbisida. Dan juga berpengaruh pada daya menguapnya.
4.
Angin.
Dapat
berpengaruh pada hasil semprotan pada daun maupun tanah sehingga cepat terjadi
penguapan dan tidak pada sasaran saat penyemprotan.
5.
Tanah.
Absorbsi,
pencucian dan degradasi herbisida akan dipengaruhi oleh kadar liat, bahan
organik, pH dan mikroorganisme. Efek Herbisida secara kimiawi dan biologis akan
dipengaruhi oleh interaksi dari bahan organik, pH, mikroorganisme dan absorbsi
seperti tanah berpasir membutuhkan sedikit Herbisida daripada tanah berat
(liat).
Peran cara aplikasi
1.
Cara aplikasi
Penting
dalam penentuan derajat keberhasilan pengendalian gulma seperti aplikasi yang
mengurangi kontak dengan tanaman budidaya dan memperbanyak kontak dengan gulma
ialah dalam alur, setempat, langsung dan lain-lain.
2.
Waktu
Aplikasi
mempunyai pengaruh juga dalam aktivitas Herbisida. Gugusan non selektif dengan
pengaruh residu rendah biasanya diaplika-sikan sebagai Herbisida pra tanam.
Herbisida pra tumbuh dirancang untuk gugusan yang dapat diabsorbsi dalam tanah,
yang akan tetap tinggal pada lapisan tanah di permukaan. Karenanya tanaman
budidaya pada kedalaman 5 - 8 cm. tak dapat terpengaruh. Gulma yang mempunyai
perakaran banyak dalam permukaan tanah akan menjadi peka gugusan Herbisida pra
tumbuh.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat :
Hari kamis jam 14.00 – 16.00 WIB di Laboratorium Proteksi
Tanaman dan di taman depan fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
B. Bahan dan Alat :
1
Bahan :
a.
Air
b.
Herbisida
2.
Alat:
a.
Gelas Ukur
b.
Pengaduk
c.
Seprayer
Gendong
d.
Stopwatch
C. Cara Kerja
Efikasi Herbisida
1)
Disiapkan Herbisida yang akan
digunakan
2)
Larutkan Herbisida tersebut
dengan menggunakan air yang sudah disediakan
3)
Disiapkan sprayer lengkap dengan noselnya, tangkai
nosel diklem pada standar dengan arah sejajar alur talang dibawahnya
4)
Tangkai diisi cairan kemudian
dipompa, kedudukan nosel diatur sehingga jatuhmya penyemprotan pada talang
simetris.
5)
Disemprotkan diatas talang dan
selama penyemprotan tekanan dibuat konstan.
6)
Pada akhir penyemprotan air
yang tertampung dalam botol supaya diukur dengan gelas ukur.
7)
Dicatat waktu dari awal hingga
akhir penyemprotan
8)
Pekerjaan ini diulangi hingga 3
kali dan hasilnya dipukul rata.
9)
Penyemprotan ditampung dalam
gelas ukur sehingga dapat diperoleh hubungan antara volume hasil penyemprotan
dengan waktu.
IV.
HASIL PENGAMATAN
V.
PEMBAHASAN
Pengendalian hama dengan menggunakan herbisida yang beragam
macamnya, herbisida kontak dan herbisida sistematik. Herbisida kontak adalah
herbisida yang dalam pemakainya cukup sekali karena herbisida ini alngsung
kebagian tanaman yang terkena dan untuk herbisida sistematik cara kerjanya
dengan menggunakan translokasi dulu dan kemudian diakumulasikan keseluruh
bagian tanaman yang mengalami reproduksi.
Cara penggunaan
herbisida ini dengan cara penyemprotan langsung ketanaman dan gulma yang akan
dimusnakan atau dimatikan dalam cara kerja herbisida kontak tanaman atau gulma
yang terkena akan nampak pada hari ini juga dan selambat-lambatnya esoh
harinya, dan dalam herbisida sistematik gejala yang ditimbulkan akan terlihat
pada hari ke 2-3 setelah penyemprotan.
Pada herbisida
sistematik dapat juga menjadi herbisida kontak apabila dosis yang dilakukan
melebihi dosis yang ada karena herbisida ini menjalar keseluruh bagian tanaman
dan herbisida ini akan berjalan terus-menerus sebelum tanaman itu mati.
Sebelum melakukan penyemprotan penutup tabung harus
tertutup dengan rapat. Cairan yang terdapat didalam tabung terlebih dahulu
harus dikocok, hal Ini dimaksudkan agar air dengan herbisida tercampur secara
merata. Waktu yang diperlukan untuk menyemprotkan 500 ml air dan 5 ml herbisida
sekitar 1,1238 menit, jadi kecepatan rata – rata larutan yang keluar dari nosel
adalah sebesar 449, 36821 ml/menit. Dalam hal kecepatan penyemprotan kepekatan
cairan juga sangat berpengaruh, karena lubang yang terdapat pada nosel ukuranya
relatif kecil senhingga mudah tersumbat. Masalah sering tersumbat ini dapat
diatasi dengan cara menyaring cairan yang akan dimasukkan kedalam
tabung/sprayer.
VI.
KESIMPULAN
1.
Sistem kerja herbisida
sistematik perlahan atau mempunyai waktu yang lebih lama.
2.
Herbisida sistematik dapat juga
menjadi herbisida kontak apabila dalam dosisnya dilebihkan atau tidak menuruti
dosis yang dianjurkan atau melebihi dosis yang dianjurkan.
3.
Agar distribusi herbisida yang
disemprotkan dapat merata keseluruh permukaan, maka yang perlu diperhatikan
adalah tinggi nosel dari permukaan tanah harus tetap dan kecepatan jalan juga
harus diperhatikan atau dijaga agar tetap konstan
4.
Dalam
penyemprotan herbisida juga harus diperhatikan waktunya juga, karena kalau
penyemprotan pada saat cuaca agakmendung juga dapat mempengaruhi hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim ,2009. Petunjuk Dasar-Dasar Pertanian. Universitas Wangsa Manggala.
Yogyakarta.
Hudi Matnawy, 1989. Perlindungan
Tanaman. Klaten. Yogyakarta.
Rahmat
Rukmana H, 1999. Gulma dan Teknik
Pengendaliannya. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta .
Sri Setyati, 1996. Pengantar
Agronomi. Gramedia. Jakarta.
S
Triharso. 1994. Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman. Kanisius. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
1 komentar:
maaf mas koreksi ya , di posting-an mas inikan kan ada tercantum nama saya . tapi kok No mahasiswa saya tidak lengkap mas ya ..? kalo boleh dilengkapi ini mas Nim saya 11011025 a/n Edi Nugroho ... hahahaaa
Posting Komentar