LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BENIH
ACARA III ( UJIVIGOR BENIH )
Disusun oleh :
Waris
(11011013)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
YOGYAKARTA
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan karunia-Nya sehingga kita masih diberikan nikmat berupa kesehatan dan
kesempatan khususnya kepada penulis pribadi, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Teknologi Benih acara 3 Uji Vigor Benih.
Di samping itu, penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Praktikum
Teknologi Benih acara 3 Uji Vigor Benih ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan guna
penyempurnaan laporan–laporan praktikum kedepannya.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kata–kata dalam penulisan
Laporan Praktikum Teknologi Benih acara 3 Uji Vigor Benih ini yang tak berkenan
di hati. Karena seperti kata pepatah: ‘’tak ada gading yang tak retak, tak ada
mawar yang tak berduri, dan tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan’’.
Harapannya, semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaaat bagi semua
orang, terutama penulis. Sekian dan terima kasih.
Yogyakarta, 6 Nopember 2013
Praktikan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I. JUDUL ACARA PRAKTIKUM ................................................................ 1
BAB II. TUJUAN PRAKTIKUM ........................................................................... 3
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
BAB IV. ALAT DAN BAHAN .............................................................................. 7
BAB V. CARA KERJA ....................................................................................... 10
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 10
BAB VII. KESIMPULAN ..................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11
LAMPIRAN ......................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Benih merupakan biji tanaman
yang digunakan untuk tujuan pertanaman, artinya benih memiliki fungsi agronomis.
Untuk itu benih yang diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan
tanaman yang mampu berproduksi maksimal.
Mutu benih mencakup
3 aspekyaitu:
1. Mutu genetik, yaitu aspek mutu
benih yang ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia
dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang
dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman.
2. Mutu fisiologi yaitu aspek
mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas benih meliputi daya berkecambah/daya
tumbuh dan vigor benih.
3. Mutufisik, yaitu aspek mutu
benih yang ditunjukan olehtingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran
maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji gulma, dan kadar
air.
Viabilitas benih merupakan
daya hidup benih yang dapat ditunjukan oleh metabolismenya atau pertumbuhanya. Oleh
orang benih, viabilitas benih dipandang tidak sekadar gejala hidup yang dapt diamati
tetapi daya hidup itu harus dapat dijadikan indikasi mutu benih, khususnya mutu
fisiologis benih.
Secara umum pengujian viabilitas
benih mencakup pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor
benih. Perbedaan antara daya berkecambah dan vigor benih adalah bila informasi daya
berkecambah ditetuka noleh kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan yang
optimum, sedangkan vigor ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan
yang suboptimum atau bibit yang tumbuh di lapangan.
Untuk pengujian viabilitas
benih, setiap peubah diharapkan mempunyai tolok ukur tersendiri. Daya berkecambah
atau daya tumbuh merupakan tolokukur viabilitas potensial benih. Peubah vigor benih
terdiri atas vigor kekuatan tumbuh dan kekuatan vigor daya simpan. Vigor
kekuatan tumbuh benih dapat diindikasikan misalnya dengan tolok ukur laju perkecambahan
(speed of germination), keserempakan tumbuh,
laju pertumbuhan kecambah (seedling
growth rate).Vigor daya simpan dapat diindikasikan dengan tolok ukur daya hantar
listrik, vigor benih dengan deraan etanol/fisik, dan sebagainya.
B. Tujuan
1. Mengetahui beberapa variabel vigor benih dan vigor
bibit serta cara mengamati
2. Menghitung nilai beberapa
variabel vigor benih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang
mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam
pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek
fisiologis selama proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Vigor benih
bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah sifat yang
menggambarkan beberapa karakteristik yang berhubugan dengan penampilan suatu
lot benih yang antara lain :
1.
Kecepatan dan keserempakan daya berkecambah dan
pertumbuhan kecambah.
2.
Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi
lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan.
3.
Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami
penyimpanan.
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan
tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka
ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas
yang baik. Vigor tumbuh dapat dikatakan sebagai “kekuatan tumbuh” untuk menjadi
tanaman yang normal meskipun keadaan biofisik lapangan kurang menguntungkan
(suboptimal). Vigor dapat dibedakan atas:
1.
Vigor benih
2.
Vigor kecambah
3.
Vigor bibit
4.
Vigor tanaman
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat
produksi, artinya dari benih bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat
produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan:
1.
Tahan disimpan lama
2.
Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
3.
Cepat dan pertumbuhannya merata
4.
Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam lingkungan tumbuh yang sub optimal
Rendahnya vigor dapat disebabkan:
1.
Genetis
Ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka
terhadap keadaan lignkungannya yang kurang menguntungkan, ataupun tidak mampu
untuk tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya.
2.
Fisiologis
Kondisi
fisiologis yang berpengaruh adalah”immaturity” atau kekurang masakan benih saat
panen dan kemunduran benih selama penyimpanan
3.
Morfologis
Contohnya,
benih yang kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh
dibandingkan dengan benih yang besar
4.
Sitologis
Kemunduran
benih yang disebabkan oleh antara lain aberasi khromosom
5.
Mekanis
Kerusakan mekanis yang terjadi pada benih pada saat
panen, prosesing ataupun penyimpanan
6.
Mikrobia
Benih yang memiliki vigor rendah berakibat:
- Kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan
- Makin sempitnya keadaan lingkungan di mana benih dapat tumbuh
- Kecepatan
berkecambah benih menurun
- Kepekaan akan serangan hama penyakit meningkat
- Meningkatnya
jumlah kecambah abnormal
- Rendahnya produksi tanaman
Pengamatan
dan penilaian dalam mengidentifiksi vigor benih dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung didasarkan pada potensi penampilan suatu lot benih baik
secara fisiologis maupun fisik. Secara langsung adalah pengamatan dan penilaian
benih pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat
diciptakan di laboratorium dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat daya
tumbuh benih. Secara tidak langsung adalah pengamatan dan penilaian dengan
mengukur sifat lain benih yang terbukti berhubungan dengan beberapa aspek
penampilan kecambah.
Mutu
benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili
prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas, vigor dan daya simpan (Sadjad, 1993).
Mugnisyah dan Setiawan
(1991) menyatakan bahwa benih bermutu tinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor tidak rusak,
bebas dari kontaminan dan
penyakit,
berukuran tepat, cukup dirawat, dan secara keseluruhan berpenampilan baik.
Mutu
benih mencakup mutu fisik, fisiologis dan genetis, serta memenuhi persyaratan kesehatan benih. Mutu fisik benih diukur dari
kebersihan benih, bentuk, ukuran,
dan warna cerah yang homogen serta benih tidak mengalami kerusakan mekanis atau kerusakan karena serangan hama dan
penyakit. Mutu fisiologis diukur
dari viabilitas benih, kadar air maupun daya simpan benih. Mutu genetik dapat diukur dari tingkat kemurniannya (Mugnisyah
et al., 1994) .
Benih
berperan dalam membawa perubahan dalam pertanian. Penggunaan benih unggul bermutu memiliki beberapa keunggulan, anatar
lain: menghindarkan kerugian waktu,
tenaga, dan biaya yang disebabkan karena benih tidak tumbuh atau memiliki mutu rendah, menghasilkan produk tinggi dan
benar sesuai dengan varietas, dan
tanaman tumbuh cepat dan serempak (Sadjad, 1993).
Viabilitas dan Vigor benih
Kualitas
benih dapat dilihat dari viabilitas dan vigor benih. Sebagian besar ahli teknologi benih dan kalangan perdagangan mengartikan
viabilitas sebagai kemampuan benih
untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah secara normal (Copeland dan Mc Donald, 1995). Sadjad (1999)
menyatakan bahwa viabilitas benih
adalah gejala hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui metabolisme benih dengan gejala pertumbuhan. Menurut Sadjad (1993), tujuan analisis viabilitas benih
adalah untuk memperoleh
informasi mutu fisiologi benih. Klasifikasi metode analisis viabilitas 5 benih meliputi
metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung apabila apabila menilai dari gejala pertumbuhannya. Metode tidak
langsung dilakukan dalam pengujian
viabilitas benih apabila deteksi viabilitas didasarkan pada aktivitas pernafasan pada sejumlah benih atau aktivitas
suatu enzim yang ada kaitannya dengan
pertumbuhan.
Gejala
metabolisme dapat ditunjukkan dari analisis biokimia, sedangkan gejala pertumbuhan diketahui lewat indikasi fisiologis
yang mencakup potensi tumbuh maksimum,
bobot kering kecambah normal, dan daya berkecambah. Daya berkecambah dilihat dari perbandingan jumlah benih yang
berkecambah normal dalam kondisi dan
periode perkecambahan tertentu (Dermawan, 2007).
Benih dengan viabilitas tinggi akan menghasilkan bibit yang
kuat dengan perkembangan akar yang cepat
sehingga menghasilkan pertanaman yang sehat dan mantap. Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang
menentukan tingkat potensi
aktivitas dan kinerja atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah. Vigor adalah suatu indikator yang
dapat menunjukan bagaimana benih
tumbuh pada kondisi lapang yang bervariasi. Vigor merupakan gabungan antara umur benih, ketahanan, kekuatan, dan
kesehatan benih yang diukur melalui
kondisi fisiologinya, yaitu pengujian stress atau memalui analisis biokimia (ISTA, 2007).
Vigor
benih sewaktu disimpan merupakan faktor peting yang mempengaruhi umur simpannya. Proses kemunduran benih
berlangsung terus dengan semakin
lamanya benih disimpan sampai akhirnya semua benih mati. Lot benih yang baru dan vigor mempunyai daya simpan yang
lebih lama dibanding dengan lot benih
yang lebih tua yang mungkin sedang mengalami proses kemunduran sangat cepat ( Justice dan Bass, 2002).
Benih
yang ditanam memberikan dua kemungkinan hasil. Pertama, benih tersebut menghasilkan tanaman normal sekiranya kondisi
alam tempat tumbuhnya optimum. Kedua,
tanaman yang tumbuh abnormal atau mati. Benih mempunyai daya hidup potensial atau Viabilitas Potensial (Vp),
karena hanya akan tumbuh menjadi tanaman
normal apabila kondisi alamnya optimum. Benih yang masih mampu menumbuhkan tanaman normal, meski kondisi alam
tidak optimum atau suboptimum
disebut benih yang memiliki Vigor (Vg). Benih yang vigor akan menghasilkan produk di atas normal kalau ditumbuhkan pada
kondisi optimum (Sadjad , et.
al., 1999).
Benih
vigor yang mampu menumbuhkan tanaman normal pada kondisi alam suboptimum dikatakan memiliki kekuatan tumbuh. Vigor
Kekuatan Tumbuh (VKT)
mengindikasikan vigor benih menghadapi lahan pertanian yang kondisinya dapat suboptimum. Bila benih yang memiliki VKT tinggi
ditanam di lahan produksi, akan
menumbuhkan tanaman yang tegar, tanaman yang pada akhirnya akan membuahkan produksi yang normal walaupun kondisi
alamnya tidak optimum (Sadjad ,
et. al., 1999).
Pengujian Cepat Viabilitas dan Vigor Benih
Metode
pengujian yang ideal berdasarkan ISTA (2007) memiliki beberapa karakteristik, yaitu: murah, pelaksanaannya cepat, mudah
dilakukan, objektif (dapat
distandarisasi dengan mudah dan terhindar dari interpretasi subjektif), reproducible (dapat diulang).
Pengujian cepat diantaranya dengan menggunakan larutan Tetrazolium, metode daya hantar listrik,
kebocoran membran, kandungan
klorofil,
respirasi benih, dan lain-lain. Hasil penelitian Marjuni (1995) pada benih kedelai, menunjukan bahwa tolok ukur pada pengujian
Tetrazolium mempunyai akurasi tertinggi
yang mendekati uji viabilitas dan vigor benih. Muchlis (1999) meneliti tentang pola pewarnaan pada benih kacang tanah,
hasilnya menunjukan bahwa pola
pewarnaan pada kotiledon memiliki kesamaan serta hubungan yang kuat (korelasi) dengan tolok ukur DB dan KST.
Pengujian
cepat untuk menduga viabilitas atau vigor benih yang diteliti adalah pengujian dengan menggunakan daya hantar listrik.
Hasil penelitian Derbolo (1993)
menunjukkan adanya korelasi postif antara daya hantar listrik pada benih kedelai varietas Wilis dengan asam lemak
bebas, vigor bibit setelah
didera,
dan kontaminasi cendawan serta korelasi negatif dengan peubah KA, DB, daya tumbuh di lapang. Ismattullah (2003) menyatakan
bahwa penyimpanan benih memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap daya hantar listrik benih.
Semakin lama benih disimpan, nilai
daya hantar listriknya semakin meningkat.
Semakin
meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat yang terlarut dalamcairan
rendaman benih. Penelitian Taliroso (2008) juga menyebutkan bahwa DHL 7 (daya hantar
listrik) memiliki keeratan hubungan yang nyata dengan tolok ukur vigor benih kedelai yang diamati (IV, KCT, VKT, dan DT)
sehingga DHL terbukti dapat digunakan
untuk menentukan status vigor benih. Uji DHL juga dapat digunakan untuk mendeteksi Daya Tumbuh (DT) dan Daya
Simpan (DS) benih kedelai.
Berbagai
penelitian mengenai alternatif metode pengujian vigor untuk benih telah
banyak
dilakukan. Miguel dan Filho (2002) melakukan penelitian tentang bocoran potasium untuk menduga kualitas benih
jagung berdasarkan potensi
fisiologisnya. Jumlah bocoran potasium diukur menggunakan fotometer setelah benih dilembabkan selama 30, 60, 90, 120, 150,
dan 180 menit pada suhu 25ºC. Hasilnya
menunjukkan bahwa metode ini dapat digunakan untuk menentukan kualitas lot benih berdasarkan kualitas
fisiologisnya setelah dibandingkan
dengan berbagai metode uji vigor lainnya, yaitu uji daya berkecambah, uji indeks vigor, accelerated ageing test,
uji konduktivitas listrik,
uji
daya tumbuh, dan cold test.
Arief
(2009) selanjutnya melakukan penelitian tentang bocoran kalium sebagai indikator vigor benih jagung. Hasilnya
menunjukkan bahwa bocoran
kalium
berkorelasi negatif dengan bobot kering kecambah, daya berkecambah, keserempakan tumbuh, dan kecepatan tumbuh. Bocoran kalium
berkorelasi positif dengan daya
hantar listrik air rendaman benih dan gula pereduksi. Disamping itu, bocoran kalium berkorelasi dengan beberapa variabel
pertumbuhan vegetatif awal
tanaman
di lapang.
Respirasi Benih
Respirasi
merupakan salah satu peristiwa penting selama tahap awal perkecambahan biji. Proses respirasi merupakan proses
pelepasan energi dari pemutusan dan
pelemahan ikatan-ikatan antara karbon dengan karbon dan karbon dengan hidrogen di dalam suatu molekul. Proses respirasi
memiliki peranan yang sangat penting
dalam suatu kelangsungan hidup suatu organisme. Benih dapat dipandang sebagai organisme hidup yang dalam
mempertahankan keberlangsungan
hidupnya melakukan proses metabolisme respirasi (Mugnisjah et al., 1994).
Respirasi
merupakan proses perombakan sebagian cadangan makanan (seperti karbohidrat) menjadi senyawa yang lebih
sederhana lagi seperti CO2 dan
H2O
serta dibebaskan sejumlah tenaga yang disimpan dalam makanan (Kamil, 1979). Winarno dan Amman (1979) menambahkan bahwa
respirasi atau pernafasan adalah
suatu proses metabolisme dengan cara menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul seperti
karbohidrat, protein dan lemak
yang
akan menghasilkan CO2, air, dan sejumlah besar elektron-elektron. Both dan Sowa (2001) yang meneliti tentang respirasi
benih bitterbush (Purshia
tridentata dc.) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan respirasi antara benih yang dorman dengan benih yang tidak dorman,
sehingga benih yang mengalami
dormansi tetap melakukan respirasi secara aktif. Cantrell et al. (1971) melakukan penelitian tentang hubungan antara respirasi
dengan vigor benih jagung selama
masa perkecambahan. Laju respirasi benih jagung diukur pada waktu yang berbeda selama masa perkecambahan benih dan
perkembangan kecambah.
Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dengan nilai yang sangat tinggi (r = +0.93) antara laju respirasi yang
diukur selama 24 jam dengan vigor
kecambah pada benih jagung.
Sadjad
(1975) menyatakan pengaruh suhu terhadap berlangsungnya proses respirasi dihubungkan dengan metabolisme enzim.
Pada umumnya ditemukan bahwa
proses respirasi akan meningkat apabila suhu naik. Begitupula dengan kandungan kadar air benih, proses respirasi benih
akan semakin meningkat bila
kadar airnya meningkat. Pada umumnya hubungan antara pengambilan O2 dengan perkecambahan benih, kemampuan
berkecambah dan pertumbuhan bibit
adalah positif dan signifikan. Pian (1981) menambahkan bahwa peningkatan absorbsi O2 dan produksi CO2
mengakibatkan peningkatan
daya
berkecambah, potensi tumbuh maksimum, vigor, dan ukuran struktur ukuran kecambah.
Kusumadewi
(1988) meneliti tentang tolok ukur status viabilitas benih kedelai dengan kapasitas respirasinya. Hasilnya
menunjukkan bahwa kapasitas
respirasi
benih dapat mendeteksi viabilitas total, vigor daya simpan, dan vigor kekuatan tumbuh. Tatipata et al. (2004) dalam
penelitiannya tentang kajian
fisiologi
dan biokimia deteriorasi penyimpanan benih kedelai, menambahkan bahwa laju respirasi dapat digunakan untuk menduga
kemunduran benih kedelai dengan semakin
mundurnya benih maka semakin rendah pula laju respirasinya. Penelitian lainnya yang menggunakan metode respirasi,
dilakukan oleh Woodstock et
al. (1983) pada benih kapas. Benih kapas yang mengalami kemunduran dapat dideteksi dengan laju pengambilan O2 dan
nilai kuosien respirasinya.
Laju respirasi pada pengambilan O2 semakin menurun dan nilai kuosien respirasi semakin meningkat pada benih kapas yang
mengalami deteriorasi
setelah diimbibisi selama 7.5 jam.
Bettey
dan Savage (1996) melakukan penelitian mengenai aktivitas enzim respirasi selama perkecambahan pada lot benih kubis
dengan vigor berbeda. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa laju konsumsi oksigen benih mengalami peningkatan selama proses imbibisi yang diikuti oleh
peningkatan laju perkecambahan.
Peningkatan konsumsi oksigen menunjukkan peningkatan oksidasi karbohidrat melalui jalur respirasi.
Kosmotektor
Kosmotektor terdiri dari dua jenis, yaitu kosmotektor
untuk mengukur konsentrasi O2
dan kosmotektor untuk mengukur konsentrasi CO2. Kosmotektor bukan alat untuk mengukur laju respirasi, tetapi alat
untuk mengukur konsentrasi
O2
atau CO2 yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu. Kosmotektor memiliki banyak jenis dan tipe. Masing-masing tipe memiliki
kelebihan sendiri. Kosmotektor tipe
XP-314 merupakan salah satu jenis 9 kosmotektor dengan beberapa kelebihan. Kelebihan yang dimiliki oleh
kosmotektor tipe ini antara lain,
mengukur
gas yang mudah terbakar atau tidak mudah terbakar meliputi karbon dioksida, argon dan helium, dapat memeriksa gas yang ada
didalam tangki dalam jumlah banyak,
selain itu dapat dimanfaatkan untuk bidang pertanian yaitu untuk mengontrol konsentrasi kadar CO2 (New Cosmos Electric,
1999)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan tempat
PraktikumTeknologi
benih ini dilaksanakan pada 25 Oktober – 1 November 2013,
dilaboratorium Dasar Agronomi program studi Agroteknologi Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.
B.
Alat
dan bahan
1.
Alat
a.
Bak
perkecambahan
b.
Pinset
c.
Hand
sprayer
d.
Timbangan,
oven
e.
Pengaduk
pasir (cungkir)
f.
Alat tulis
2.
Bahan
a.
Benih
kedelai
b.
Air
c.
Pasir
C.
Cara
kerja
1.
Praktikan
atau kelompok praktikan menyiapkan 3
varietas benih kedelai masing - masing 50
biji, masing – masing dibagi 3.
2.
Menyiapkan
media perkecambahan yaitu bak perkecambahan
dengan diisi dengan pasir ¾ dari volume bak plastic sebanyak 4 buah
3.
Membuat
lubang tanam masing – masing bak, satu bak terisi 50 butir benih.
4.
Menanam
benih kedelai
yang telah disiapkan sedalam ± 3 cm, kemudian disiram dengan menggunakan air
jangan terlalu banyak.
5.
Media
perkecambahan harus dijaga kelembabanya dengan menyiram secukupnya dengan menggunakan
hand sprayer.
6.
Amati
pertumbuhannya setiap hari selama 7 hari.
7.
Hitung:
a.
Laju
perkecambahan dengan rumus:
Laju
perkecambahan =
Ket;
KN = Jumlah kecambah normal padaharike-n
H = Hari yang bersesuaian
b.
Keserempakan
berkecambah
c.
Bobot
kering kecambah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
1.
Hasil
perhitungan dengan RAL
a.
IV
(Indeks vigor)
INDEKS VIGOR
|
||||||||||||||
Perlakuan
|
U1
|
U2
|
U3
|
U4
|
total
|
rerata
|
||||||||
Anjasmoro
|
15,53
|
12,96
|
14,52
|
13,33
|
56,34
|
14,085
|
||||||||
Gema
|
14,47
|
11,39
|
10,403
|
3,25
|
39,513
|
15,8052
|
||||||||
Wilis
|
14,39
|
8,22
|
11,93
|
11,88
|
46,42
|
18,568
|
||||||||
total
|
44,39
|
32,57
|
36,853
|
28,46
|
142,273
|
GT
|
||||||||
FK
|
1686,801
|
|||||||||||||
JK total
|
126,859
|
|||||||||||||
JK perlakuan
|
35,77175
|
|||||||||||||
JK error
|
91,08722
|
|||||||||||||
TABEL ANOVA
|
||||||||||||||
SV
|
Db
|
JK
|
KT
|
F.Hitung
|
F.Tabel
|
|||||||||
Perlakuan
|
2
|
35,77175
|
17,88587
|
1,767239
|
4,26
|
|||||||||
Error
|
9
|
91,08722
|
10,1208
|
|
|
|||||||||
INTERPRESTASI
|
||||||||||||||
Dari tabel ANOVA menunjukan
bahwa F.Hitung
|
b.
Keserempakan
berkecambah (%)
KB=
x 100%
Tabel 2.Keserempakan
Berkecambah
Perlakuan
|
U1
|
U2
|
U3
|
U4
|
Anjasmoro
|
90%
|
60%
|
80%
|
80%
|
Gema
|
80%
|
48%
|
65%
|
24%
|
Wilis
|
78%
|
68%
|
70%
|
80%
|
c.
Bobot
kering kecambah (g/kecambah)
TABEL BOBOT KERING
|
||||||
Perlakuan
|
U1
|
U2
|
U3
|
U4
|
total
|
rerata
|
Anjasmoro
|
2,53
|
1,8
|
0,2
|
2
|
6,53
|
1,6325
|
Gema
|
1,11
|
0,9
|
0,6
|
0,3
|
2,91
|
0,7275
|
Wilis
|
1,03
|
0,3
|
1,1
|
1,4
|
3,83
|
0,9575
|
Total
|
4,67
|
3
|
1,9
|
3,7
|
13,27
|
GT
|
FK
|
14,67441
|
|||||
JK Total
|
5,819492
|
|||||
JK Perlakuan
|
1,770067
|
|||||
JK Error
|
4,049425
|
|||||
TABEL ANOVA
|
||||||
SV
|
Db
|
JK
|
KT
|
F.Hitung
|
F. Tabel
|
|
perlakuan
|
2
|
1,770067
|
0,885033
|
1,96702
|
4,26
|
|
Error
|
9
|
4,049425
|
0,449936
|
|
|
INTERPRESTASI
Berdasarkan tabel ANOVA
tersebut menunjukan F.Hitung
B.
Pembahasan
Dalam
melakukan pengujian mutu benih dengan melakukan pengujian daya kecambah, sangat
menentukan apakah benih tersebut baik atau tidak. Karena benih yang kurang baik
memiliki daya kecambah yang rendah. Sebaiknya pengujian ini diterapkan untuk
benih sebelum disebarkan ke masyarakat. Agar masyarakat khususnya petani tidak
rugi memakai benih tersebut. Sehingga setiap benih yang disebar ke masyarakat
nantinya akan memberikan hasil yang maksimal.
Uji
viabilitas terhadap benih yang akan ditanam sangat perlu dilakukan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui beberapa tolak ukur dari benih tersebut serta
mengetahui perbedaan atau ciri-ciri dari kecambah normal atau tidak normal.
Pengujian viabilitas benih dapat mencakup pengujian daya berkecambah atau daya
tumbuh dan pengujian vigor benih. Pada saat ini pengujian itu semakin sering
dilakukan untuk menjaga, mengetahui dan untuk meningkatkan kualitas atau mutu
benih. Uji viabilitas juga dilakukan untuk menyeleksi benih yang dapat tumbuh
normal atau tidak, serta berapa lama benih mampu bertahan dalam penyimpanan.
Dalam
praktikum ini bisa kita lihat perkecambahan kedelai varietas gema dan jagung varietas anjasmara apalagi
dengan gema.
Perkecambahan jagung varietas bisma dan jagung varietas hibrida itu sangatlah
berbeda, karena disini kita bisa melihat pada hasil masing – masing varietas
berbeda – beda dan dilihat dari Ti test juga sangat berbeda nyata pada masing
masing pengujian karena T hitung lebih besar dari pada T table, oleh karena itu
pengujian ini berbeda nyata. Aspek yang mempengaruhi uji vigor selain itu juga yaitu
mengenai kedalaman menanam dan meletakan benih pada lubang yang ada dalam wadah
tersebut. Kedalaman yang seharusnya berkedalaman 3cm itu malah kurang dari 3cm
sehingga daya topang benih saat berkecambah akan ambruk bahkan banyak yang
mati.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Benih yang baik
dilihat dari faktor genetis, fisiologisnya baik dilihat dari daya simpan yang
tahan
2.
Mutu benih meliputi 3 aspek :
a.
Aspek Genetis
b.
Aspek Fisiologis
c.
Aspek Fisik
3.
Fhit
4.
Keserempakan berkecambah yang baik terdapat pada kedelai
varietas anjasmoro yaitu 90%.
5.
Bobot kering yang baik terdapat pada kedelai varietas
anjasmoro ulangan ke-3 karena mempunyai bobot kering yang kecil sehingga proses
metabolisme benih tersebut baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, R. 2009.
Bocoran Kalium sebagai Indikator Vigor Benih Jagung. Prosiding Seminar
Nasional.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 313-319.
Both, D.T. and S. Sowa.
2001. Respirasi in dormant and non-dormant bitterbush seeds. Journal
of
Arid Environments 48:35-39.
International Seed Testing
Association. 2007. International Rules of Seed Testing.International
Seed Testing Association. Zurich.
Ismatullah. 2003. Studi
penciri mutu benih kedelai (Glycine max L. (Merr))varietas Wilis selama
masa penyimpanan. Skripsi. Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 39 hal.
LAMPIRAN