Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)
RSS

Senin, 18 November 2013

Laporan Praktikum Teknologi Benih "Uji Vigor Benih"

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BENIH

ACARA III  ( UJIVIGOR BENIH )











                     Disusun oleh :
            Waris
           (11011013)







PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunia-Nya sehingga kita masih diberikan nikmat berupa kesehatan dan kesempatan khususnya kepada penulis pribadi, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi Benih acara 3 Uji Vigor Benih.
Di samping itu, penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Praktikum Teknologi Benih acara 3 Uji Vigor Benih ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan laporan–laporan praktikum kedepannya.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kata–kata dalam penulisan Laporan Praktikum Teknologi Benih acara 3 Uji Vigor Benih ini yang tak berkenan di hati. Karena seperti kata pepatah: ‘’tak ada gading yang tak retak, tak ada mawar yang tak berduri, dan tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan’’. Harapannya, semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaaat bagi semua orang, terutama penulis. Sekian dan terima kasih.


Yogyakarta, 6 Nopember 2013

  
Praktikan






DAFTAR ISI
                                       Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................  ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................  iii
BAB I. JUDUL ACARA PRAKTIKUM ................................................................  1
BAB II. TUJUAN PRAKTIKUM ...........................................................................  3
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................  5
BAB IV. ALAT DAN BAHAN ..............................................................................  7
BAB V. CARA KERJA .......................................................................................  10
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................  10
BAB VII. KESIMPULAN .....................................................................................  10
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................  11
LAMPIRAN .........................................................................................................  12

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman, artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi maksimal.
Mutu benih mencakup 3 aspekyaitu:
1.      Mutu genetik, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman.
2.      Mutu fisiologi yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas benih meliputi daya berkecambah/daya tumbuh dan vigor benih.
3.      Mutufisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan olehtingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji gulma, dan kadar air.
Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukan oleh metabolismenya atau pertumbuhanya. Oleh orang benih, viabilitas benih dipandang tidak sekadar gejala hidup yang dapt diamati tetapi daya hidup itu harus dapat dijadikan indikasi mutu benih, khususnya mutu fisiologis benih.
Secara umum pengujian viabilitas benih mencakup pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor benih. Perbedaan antara daya berkecambah dan vigor benih adalah bila informasi daya berkecambah ditetuka noleh kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan yang optimum, sedangkan vigor ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan yang suboptimum atau bibit yang tumbuh di lapangan.
Untuk pengujian viabilitas benih, setiap peubah diharapkan mempunyai tolok ukur tersendiri. Daya berkecambah atau daya tumbuh merupakan tolokukur viabilitas potensial benih. Peubah vigor benih terdiri atas vigor kekuatan tumbuh dan kekuatan vigor daya simpan. Vigor kekuatan tumbuh benih dapat diindikasikan misalnya dengan tolok ukur laju perkecambahan (speed of germination), keserempakan tumbuh, laju pertumbuhan kecambah (seedling growth rate).Vigor daya simpan dapat diindikasikan dengan tolok ukur daya hantar listrik, vigor benih dengan deraan etanol/fisik, dan sebagainya.
B.      Tujuan
1.      Mengetahui beberapa variabel vigor benih dan vigor bibit serta cara mengamati
2.      Menghitung nilai beberapa variabel vigor benih.






















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang berhubugan dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain :
1.    Kecepatan dan keserempakan daya berkecambah  dan pertumbuhan kecambah.
2.    Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan.
3.    Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami penyimpanan.

Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas yang baik. Vigor tumbuh dapat dikatakan sebagai “kekuatan tumbuh” untuk menjadi tanaman yang normal meskipun keadaan biofisik lapangan kurang menguntungkan (suboptimal). Vigor dapat dibedakan atas:
1.    Vigor benih
2.    Vigor kecambah
3.    Vigor bibit
4.    Vigor tanaman
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan:
1.    Tahan disimpan lama
2.    Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
3.    Cepat dan pertumbuhannya merata
4.    Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam lingkungan tumbuh yang sub optimal



Rendahnya vigor dapat disebabkan:
1.    Genetis
Ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan lignkungannya yang kurang menguntungkan, ataupun tidak mampu untuk tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya.
2.    Fisiologis
Kondisi fisiologis yang berpengaruh adalah”immaturity” atau kekurang masakan benih saat panen dan kemunduran benih selama penyimpanan
3.    Morfologis
Contohnya, benih yang kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh dibandingkan dengan benih yang besar
4.    Sitologis
Kemunduran benih yang disebabkan oleh antara lain aberasi khromosom
5.    Mekanis
Kerusakan mekanis yang terjadi pada benih pada saat panen, prosesing ataupun penyimpanan
6.    Mikrobia
Benih yang memiliki vigor rendah berakibat:
  1. Kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan
  2. Makin sempitnya keadaan lingkungan di mana benih dapat tumbuh
  3. Kecepatan berkecambah benih menurun
  4. Kepekaan akan serangan hama penyakit meningkat
  5. Meningkatnya jumlah kecambah abnormal
  6. Rendahnya produksi tanaman
Pengamatan dan penilaian dalam mengidentifiksi vigor benih dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada potensi penampilan suatu lot benih baik secara fisiologis maupun fisik. Secara langsung adalah pengamatan dan penilaian benih pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat diciptakan di laboratorium dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat daya tumbuh benih. Secara tidak langsung adalah pengamatan dan penilaian dengan mengukur sifat lain benih yang terbukti berhubungan dengan beberapa aspek penampilan kecambah.
Mutu benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas, vigor dan daya simpan (Sadjad, 1993). Mugnisyah dan Setiawan (1991) menyatakan bahwa benih bermutu tinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor tidak rusak, bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat, cukup dirawat, dan secara keseluruhan berpenampilan baik.
Mutu benih mencakup mutu fisik, fisiologis dan genetis, serta memenuhi persyaratan kesehatan benih. Mutu fisik benih diukur dari kebersihan benih, bentuk, ukuran, dan warna cerah yang homogen serta benih tidak mengalami kerusakan mekanis atau kerusakan karena serangan hama dan penyakit. Mutu fisiologis diukur dari viabilitas benih, kadar air maupun daya simpan benih. Mutu genetik dapat diukur dari tingkat kemurniannya (Mugnisyah et al., 1994) .
Benih berperan dalam membawa perubahan dalam pertanian. Penggunaan benih unggul bermutu memiliki beberapa keunggulan, anatar lain: menghindarkan kerugian waktu, tenaga, dan biaya yang disebabkan karena benih tidak tumbuh atau memiliki mutu rendah, menghasilkan produk tinggi dan benar sesuai dengan varietas, dan tanaman tumbuh cepat dan serempak (Sadjad, 1993).
Viabilitas dan Vigor benih
Kualitas benih dapat dilihat dari viabilitas dan vigor benih. Sebagian besar ahli teknologi benih dan kalangan perdagangan mengartikan viabilitas sebagai kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah secara normal (Copeland dan Mc Donald, 1995). Sadjad (1999) menyatakan bahwa viabilitas benih adalah gejala hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui metabolisme benih dengan gejala pertumbuhan. Menurut Sadjad (1993), tujuan analisis viabilitas benih adalah untuk memperoleh informasi mutu fisiologi benih. Klasifikasi metode analisis viabilitas 5 benih meliputi metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung apabila apabila menilai dari gejala pertumbuhannya. Metode tidak langsung dilakukan dalam pengujian viabilitas benih apabila deteksi viabilitas didasarkan pada aktivitas pernafasan pada sejumlah benih atau aktivitas suatu enzim yang ada kaitannya dengan pertumbuhan.
Gejala metabolisme dapat ditunjukkan dari analisis biokimia, sedangkan gejala pertumbuhan diketahui lewat indikasi fisiologis yang mencakup potensi tumbuh maksimum, bobot kering kecambah normal, dan daya berkecambah. Daya berkecambah dilihat dari perbandingan jumlah benih yang berkecambah normal dalam kondisi dan periode perkecambahan tertentu (Dermawan, 2007).
Benih dengan viabilitas tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat dengan perkembangan akar yang cepat sehingga menghasilkan pertanaman yang sehat dan mantap. Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah. Vigor adalah suatu indikator yang dapat menunjukan bagaimana benih tumbuh pada kondisi lapang yang bervariasi. Vigor merupakan gabungan antara umur benih, ketahanan, kekuatan, dan kesehatan benih yang diukur melalui kondisi fisiologinya, yaitu pengujian stress atau memalui analisis biokimia (ISTA, 2007).
Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor peting yang mempengaruhi umur simpannya. Proses kemunduran benih berlangsung terus dengan semakin lamanya benih disimpan sampai akhirnya semua benih mati. Lot benih yang baru dan vigor mempunyai daya simpan yang lebih lama dibanding dengan lot benih yang lebih tua yang mungkin sedang mengalami proses kemunduran sangat cepat ( Justice dan Bass, 2002).
Benih yang ditanam memberikan dua kemungkinan hasil. Pertama, benih tersebut menghasilkan tanaman normal sekiranya kondisi alam tempat tumbuhnya optimum. Kedua, tanaman yang tumbuh abnormal atau mati. Benih mempunyai daya hidup potensial atau Viabilitas Potensial (Vp), karena hanya akan tumbuh menjadi tanaman normal apabila kondisi alamnya optimum. Benih yang masih mampu menumbuhkan tanaman normal, meski kondisi alam tidak optimum atau suboptimum disebut benih yang memiliki Vigor (Vg). Benih yang vigor akan menghasilkan produk di atas normal kalau ditumbuhkan pada kondisi optimum (Sadjad , et. al., 1999).
Benih vigor yang mampu menumbuhkan tanaman normal pada kondisi alam suboptimum dikatakan memiliki kekuatan tumbuh. Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) mengindikasikan vigor benih menghadapi lahan pertanian yang kondisinya dapat suboptimum. Bila benih yang memiliki VKT tinggi ditanam di lahan produksi, akan menumbuhkan tanaman yang tegar, tanaman yang pada akhirnya akan membuahkan produksi yang normal walaupun kondisi alamnya tidak optimum (Sadjad , et. al., 1999).


Pengujian Cepat Viabilitas dan Vigor Benih
Metode pengujian yang ideal berdasarkan ISTA (2007) memiliki beberapa karakteristik, yaitu: murah, pelaksanaannya cepat, mudah dilakukan, objektif (dapat distandarisasi dengan mudah dan terhindar dari interpretasi subjektif), reproducible (dapat diulang). Pengujian cepat diantaranya dengan menggunakan larutan Tetrazolium, metode daya hantar listrik, kebocoran membran, kandungan klorofil, respirasi benih, dan lain-lain. Hasil penelitian Marjuni (1995) pada benih kedelai, menunjukan bahwa tolok ukur pada pengujian Tetrazolium mempunyai akurasi tertinggi yang mendekati uji viabilitas dan vigor benih. Muchlis (1999) meneliti tentang pola pewarnaan pada benih kacang tanah, hasilnya menunjukan bahwa pola pewarnaan pada kotiledon memiliki kesamaan serta hubungan yang kuat (korelasi) dengan tolok ukur DB dan KST.
Pengujian cepat untuk menduga viabilitas atau vigor benih yang diteliti adalah pengujian dengan menggunakan daya hantar listrik. Hasil penelitian Derbolo (1993) menunjukkan adanya korelasi postif antara daya hantar listrik pada benih kedelai varietas Wilis dengan asam lemak bebas, vigor bibit setelah didera, dan kontaminasi cendawan serta korelasi negatif dengan peubah KA, DB, daya tumbuh di lapang. Ismattullah (2003) menyatakan bahwa penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya hantar listrik benih.
 Semakin lama benih disimpan, nilai daya hantar listriknya semakin meningkat. Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat yang terlarut dalamcairan rendaman benih. Penelitian Taliroso (2008) juga menyebutkan bahwa DHL 7 (daya hantar listrik) memiliki keeratan hubungan yang nyata dengan tolok ukur vigor benih kedelai yang diamati (IV, KCT, VKT, dan DT) sehingga DHL terbukti dapat digunakan untuk menentukan status vigor benih. Uji DHL juga dapat digunakan untuk mendeteksi Daya Tumbuh (DT) dan Daya Simpan (DS) benih kedelai.
Berbagai penelitian mengenai alternatif metode pengujian vigor untuk benih telah banyak dilakukan. Miguel dan Filho (2002) melakukan penelitian tentang bocoran potasium untuk menduga kualitas benih jagung berdasarkan potensi fisiologisnya. Jumlah bocoran potasium diukur menggunakan fotometer setelah benih dilembabkan selama 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit pada suhu 25ºC. Hasilnya menunjukkan bahwa metode ini dapat digunakan untuk menentukan kualitas lot benih berdasarkan kualitas fisiologisnya setelah dibandingkan dengan berbagai metode uji vigor lainnya, yaitu uji daya berkecambah, uji indeks vigor, accelerated ageing test, uji konduktivitas listrik, uji daya tumbuh, dan cold test. Arief (2009) selanjutnya melakukan penelitian tentang bocoran kalium sebagai indikator vigor benih jagung. Hasilnya menunjukkan bahwa bocoran kalium berkorelasi negatif dengan bobot kering kecambah, daya berkecambah, keserempakan tumbuh, dan kecepatan tumbuh. Bocoran kalium berkorelasi positif dengan daya hantar listrik air rendaman benih dan gula pereduksi. Disamping itu, bocoran kalium berkorelasi dengan beberapa variabel pertumbuhan vegetatif awal tanaman di lapang.

Respirasi Benih
Respirasi merupakan salah satu peristiwa penting selama tahap awal perkecambahan biji. Proses respirasi merupakan proses pelepasan energi dari pemutusan dan pelemahan ikatan-ikatan antara karbon dengan karbon dan karbon dengan hidrogen di dalam suatu molekul. Proses respirasi memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu kelangsungan hidup suatu organisme. Benih dapat dipandang sebagai organisme hidup yang dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya melakukan proses metabolisme respirasi (Mugnisjah et al., 1994).
Respirasi merupakan proses perombakan sebagian cadangan makanan (seperti karbohidrat) menjadi senyawa yang lebih sederhana lagi seperti CO2 dan H2O serta dibebaskan sejumlah tenaga yang disimpan dalam makanan (Kamil, 1979). Winarno dan Amman (1979) menambahkan bahwa respirasi atau pernafasan adalah suatu proses metabolisme dengan cara menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul seperti karbohidrat, protein dan lemak yang akan menghasilkan CO2, air, dan sejumlah besar elektron-elektron. Both dan Sowa (2001) yang meneliti tentang respirasi benih bitterbush (Purshia tridentata dc.) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan respirasi antara benih yang dorman dengan benih yang tidak dorman, sehingga benih yang mengalami dormansi tetap melakukan respirasi secara aktif. Cantrell et al. (1971) melakukan penelitian tentang hubungan antara respirasi dengan vigor benih jagung selama masa perkecambahan. Laju respirasi benih jagung diukur pada waktu yang berbeda selama masa perkecambahan benih dan perkembangan kecambah. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dengan nilai yang sangat tinggi (r = +0.93) antara laju respirasi yang diukur selama 24 jam dengan vigor kecambah pada benih jagung.
Sadjad (1975) menyatakan pengaruh suhu terhadap berlangsungnya proses respirasi dihubungkan dengan metabolisme enzim. Pada umumnya ditemukan bahwa proses respirasi akan meningkat apabila suhu naik. Begitupula dengan kandungan kadar air benih, proses respirasi benih akan semakin meningkat bila kadar airnya meningkat. Pada umumnya hubungan antara pengambilan O2 dengan perkecambahan benih, kemampuan berkecambah dan pertumbuhan bibit adalah positif dan signifikan. Pian (1981) menambahkan bahwa peningkatan absorbsi O2 dan produksi CO2 mengakibatkan peningkatan daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, vigor, dan ukuran struktur ukuran kecambah.
Kusumadewi (1988) meneliti tentang tolok ukur status viabilitas benih kedelai dengan kapasitas respirasinya. Hasilnya menunjukkan bahwa kapasitas respirasi benih dapat mendeteksi viabilitas total, vigor daya simpan, dan vigor kekuatan tumbuh. Tatipata et al. (2004) dalam penelitiannya tentang kajian fisiologi dan biokimia deteriorasi penyimpanan benih kedelai, menambahkan bahwa laju respirasi dapat digunakan untuk menduga kemunduran benih kedelai dengan semakin mundurnya benih maka semakin rendah pula laju respirasinya. Penelitian lainnya yang menggunakan metode respirasi, dilakukan oleh Woodstock et al. (1983) pada benih kapas. Benih kapas yang mengalami kemunduran dapat dideteksi dengan laju pengambilan O2 dan nilai kuosien respirasinya. Laju respirasi pada pengambilan O2 semakin menurun dan nilai kuosien respirasi semakin meningkat pada benih kapas yang mengalami deteriorasi setelah diimbibisi selama 7.5 jam. Bettey dan Savage (1996) melakukan penelitian mengenai aktivitas enzim respirasi selama perkecambahan pada lot benih kubis dengan vigor berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju konsumsi oksigen benih mengalami peningkatan selama proses imbibisi yang diikuti oleh peningkatan laju perkecambahan. Peningkatan konsumsi oksigen menunjukkan peningkatan oksidasi karbohidrat melalui jalur respirasi.
Kosmotektor
Kosmotektor terdiri dari dua jenis, yaitu kosmotektor untuk mengukur konsentrasi O2 dan kosmotektor untuk mengukur konsentrasi CO2. Kosmotektor bukan alat untuk mengukur laju respirasi, tetapi alat untuk mengukur konsentrasi O2 atau CO2 yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu. Kosmotektor memiliki banyak jenis dan tipe. Masing-masing tipe memiliki kelebihan sendiri. Kosmotektor tipe XP-314 merupakan salah satu jenis 9 kosmotektor dengan beberapa kelebihan. Kelebihan yang dimiliki oleh kosmotektor tipe ini antara lain, mengukur gas yang mudah terbakar atau tidak mudah terbakar meliputi karbon dioksida, argon dan helium, dapat memeriksa gas yang ada didalam tangki dalam jumlah banyak, selain itu dapat dimanfaatkan untuk bidang pertanian yaitu untuk mengontrol konsentrasi kadar CO2 (New Cosmos Electric, 1999)


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.      Waktu dan tempat
PraktikumTeknologi benih ini dilaksanakan pada 25 Oktober – 1 November  2013, dilaboratorium Dasar Agronomi program studi Agroteknologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
B.    Alat dan bahan
1.    Alat
a.    Bak perkecambahan
b.    Pinset
c.    Hand sprayer
d.    Timbangan, oven
e.    Pengaduk pasir (cungkir)
f.     Alat tulis
2.    Bahan
a.    Benih kedelai
b.    Air
c.    Pasir
C.   Cara kerja
1.    Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan 3 varietas benih kedelai masing - masing 50 biji, masing – masing dibagi 3.
2.    Menyiapkan media perkecambahan yaitu bak perkecambahan dengan diisi dengan pasir ¾ dari volume bak plastic sebanyak 4 buah
3.    Membuat lubang tanam masing – masing bak, satu bak terisi 50 butir benih.
4.    Menanam benih kedelai yang telah disiapkan sedalam ± 3 cm, kemudian disiram dengan menggunakan air jangan terlalu banyak.
5.    Media perkecambahan harus dijaga kelembabanya dengan menyiram secukupnya dengan menggunakan hand sprayer.
6.    Amati pertumbuhannya setiap hari selama 7 hari.



7.    Hitung:
a.    Laju perkecambahan dengan rumus:
Laju perkecambahan =
Ket;
KN       = Jumlah kecambah normal padaharike-n
H         = Hari yang bersesuaian
b.    Keserempakan berkecambah
c.    Bobot kering kecambah



















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.     HASIL
1.    Hasil perhitungan dengan RAL
a.    IV (Indeks vigor)
INDEKS VIGOR

Perlakuan
U1
U2
U3
U4
total
rerata

Anjasmoro
15,53
12,96
14,52
13,33
56,34
14,085

Gema
14,47
11,39
10,403
3,25
39,513
15,8052

Wilis
14,39
8,22
11,93
11,88
46,42
18,568

total
44,39
32,57
36,853
28,46
142,273
GT


FK
1686,801

JK total
126,859

JK perlakuan
35,77175

JK error
91,08722



TABEL ANOVA

SV
Db
JK
KT
F.Hitung
F.Tabel

Perlakuan
2
35,77175
17,88587
1,767239
4,26

Error
9
91,08722
10,1208




INTERPRESTASI
Dari tabel ANOVA menunjukan bahwa F.Hitung

b.    Keserempakan berkecambah (%)
KB=  x 100%

Tabel 2.Keserempakan Berkecambah
Perlakuan
U1
U2
U3
U4
Anjasmoro
90%
60%
80%
80%
Gema
80%
48%
65%
24%
Wilis
78%
68%
70%
80%

c.    Bobot kering kecambah (g/kecambah)
TABEL BOBOT KERING
Perlakuan
U1
U2
U3
U4
total
rerata
Anjasmoro
2,53
1,8
0,2
2
6,53
1,6325
Gema
1,11
0,9
0,6
0,3
2,91
0,7275
Wilis
1,03
0,3
1,1
1,4
3,83
0,9575
Total
4,67
3
1,9
3,7
13,27
GT
FK
14,67441
JK Total
5,819492
JK Perlakuan
1,770067
JK Error
4,049425
TABEL ANOVA
SV
Db
JK
KT
F.Hitung
F. Tabel
perlakuan
2
1,770067
0,885033
1,96702
4,26
Error
9
4,049425
0,449936



INTERPRESTASI
Berdasarkan tabel ANOVA tersebut menunjukan F.Hitung


B.    Pembahasan
Dalam melakukan pengujian mutu benih dengan melakukan pengujian daya kecambah, sangat menentukan apakah benih tersebut baik atau tidak. Karena benih yang kurang baik memiliki daya kecambah yang rendah. Sebaiknya pengujian ini diterapkan untuk benih sebelum disebarkan ke masyarakat. Agar masyarakat khususnya petani tidak rugi memakai benih tersebut. Sehingga setiap benih yang disebar ke masyarakat nantinya akan memberikan hasil yang maksimal.
Uji viabilitas terhadap benih yang akan ditanam sangat perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui beberapa tolak ukur dari benih tersebut serta mengetahui perbedaan atau ciri-ciri dari kecambah normal atau tidak normal. Pengujian viabilitas benih dapat mencakup pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor benih. Pada saat ini pengujian itu semakin sering dilakukan untuk menjaga, mengetahui dan untuk meningkatkan kualitas atau mutu benih. Uji viabilitas juga dilakukan untuk menyeleksi benih yang dapat tumbuh normal atau tidak, serta berapa lama benih mampu bertahan dalam penyimpanan.
Dalam praktikum ini bisa kita lihat perkecambahan kedelai varietas gema dan jagung varietas anjasmara apalagi dengan gema. Perkecambahan jagung varietas bisma dan jagung varietas hibrida itu sangatlah berbeda, karena disini kita bisa melihat pada hasil masing – masing varietas berbeda – beda dan dilihat dari Ti test juga sangat berbeda nyata pada masing masing pengujian karena T hitung lebih besar dari pada T table, oleh karena itu pengujian ini berbeda nyata. Aspek yang mempengaruhi uji vigor selain itu juga yaitu mengenai kedalaman menanam dan meletakan benih pada lubang yang ada dalam wadah tersebut. Kedalaman yang seharusnya berkedalaman 3cm itu malah kurang dari 3cm sehingga daya topang benih saat berkecambah akan ambruk bahkan banyak yang mati.








BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.    Benih yang baik dilihat dari faktor genetis, fisiologisnya baik dilihat dari daya simpan yang tahan
2.    Mutu benih meliputi 3 aspek :
a.    Aspek Genetis
b.    Aspek Fisiologis
c.    Aspek Fisik
3.    Fhit
4.    Keserempakan berkecambah yang baik terdapat pada kedelai varietas anjasmoro yaitu 90%.
5.    Bobot kering yang baik terdapat pada kedelai varietas anjasmoro ulangan ke-3 karena mempunyai bobot kering yang kecil sehingga proses metabolisme benih tersebut baik.















DAFTAR PUSTAKA
Arief, R. 2009. Bocoran Kalium sebagai Indikator Vigor Benih Jagung. Prosiding Seminar
Nasional. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 313-319.
Both, D.T. and S. Sowa. 2001. Respirasi in dormant and non-dormant bitterbush seeds. Journal
of Arid Environments 48:35-39.
International Seed Testing Association. 2007. International Rules of Seed Testing.International
            Seed Testing Association. Zurich.
Ismatullah. 2003. Studi penciri mutu benih kedelai (Glycine max L. (Merr))varietas Wilis selama
masa penyimpanan. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 39 hal.




























LAMPIRAN